Akhirnya nonton Korea lagi. Tapi
kali ini bukan dramanya, melainkan filmnya. Film Korea yang kutonton hari ini
adalah My Little Baby, Jaya! Sebuah Film yang sebenarnya bertema umum, seperti
yang biasa aku tonton. Kehidupan miskin, di sekolah dibully, dan berakhir
dengan tragis. Namun, bedanya di sini, Jaya, tokoh utama adalah sisiwi yang
menyukai dunia paduan suara, dan ayahnya tidak normal seperti ayah biasanya. Ayahnya
memiliki kekurangan secara fisik dan mental. Namun, walau begitu, etos kerja
ayahnya harus dicontoh – pekerja keras.
Jaya dibesarkan dengan penuh
kasih sayang. Karena dekatnya Jaya dengan ayahnya, mereka memiliki selogan, “Kau
senang, aku senang, semua senang.” Saat selogan ini diucapkan, berarti mereka
memang senang. Slogan ini didapatkan dari iklan es krim di TV. Unik bukan?
Karena kekurangan fisik dan mental, pemerintah Korea menganggap ayah Jaya tidak
mampu merawat Jaya. Namun Jaya tidak ingin meninggalkan ayahnya. Jadilah Jaya
dirawat hingga remaja.
Lulus SMP, Jaya ke Soeul. Jaya
diterima sekolah SMA bagian paduan suara. Dan, disinilah pembullyan itu mulai.
Di sekolah, Jaya lebih percaya diri. Jaya tidak takut
dengan siapa pun. Karena sikapnya demikian, apalagi pada saat pencarian paduan
suara, ada temannya yang iri. Maka, jadilah pembullyan itu dimulai.
Tahap awal, pembullyan mungkin
masih tidak begitu sadis. Namun, makin ke sini pembullyannya makin sadis. Aku
yang menonton film ini tidak tega untuk menontonnya. Makanya, pada saat Jaya
ulang tahun dan tamu tidak diundang datang, mulailah petualangan nontonku di
skip skip. Saat mulai skip skip, sambil menyimak, sangat mengiris hati.
Sebegitu parahkan pembullyan di sekolah? Sungguh di luar logika. Aku yang
menonton film ini benar-benar takut.
Menjelang endingnya pun, mau
dikatakan seperti apa, ya. Ayah Jaya mulai balas dendam dengan bantuan teman
Jaya. Sebenarnya, tindakan ini dilakukannya karena ayah Jaya sempat melaporkan
kematian Jaya karena kasus pembullyan itu. Sayang, aparat kepolisian tidak
percaya. Hingga, muncullah niat balas dendam tersebut.
Buku diary Jaya.
Sayang, tidak bisa menjadi bukti kuat saat ayah Jaya melapor ke polisi.
Sayang, tidak bisa menjadi bukti kuat saat ayah Jaya melapor ke polisi.
Menulis memang selalu menjadi sejarah. Maka dari itu, mulailah menulis.
Sebab, ada makna dalam tulisan yang ditulis itu.
Jujur, melihat kondisi ayah Jaya,
tidak tega melihatnya untuk melakukan hal itu. Namun, karena kasih sayangnya
terhadap Jaya begitu besar, maka hal itu pun dilakukan. Berbekal cerita-cerita Jaya di buku hariannya membuat sulut kemarahan ayah Jaya semakin membara. Maka,
pembunuhan demi pembunuhan itu terjadi. Yang paling sadis ketika ayah Jaya
membawa teman Jaya ke danau. Di sanalah perlakukan sadis dilakukannya. Ayah
Jaya menggunakan mata pancing, lalu memasukkan ke mulut teman Jaya, lalu
menariknya dengan sangat bertenaga. Bagian ini membat aku tidak berani
melihatnya. Huh, sadis benar!
Mungkin, bunuh diri adalah pilihan tepat bagi ayah Jaya.
Hidup dengan penuh rasa luka juga tidak akan nyaman, apalagi dengan lumuran dosa.
Namun sedihnya... ayah Jaya bunuh
diri. Saat ending, terasa begitu menyedihkan. Ayah Jaya berkata, “Orang yang
bak awan... begitu tiba di rumah ia tidak lebih dari seorang ayah. Aku...
adalah seorang ayah.” Benar sekali, aku mengartikan, sebagaimana pun bentuk
seorang ayah, tetap saja ia memiliki sosok seorang ayah. Ayah Jaya adalah figur
seorang ayah yang dicontoh. Walau keputusannya balas dendam aku rasa tidak bisa
aku dukung. Namun, bagaimana pun, jika kondisi seperti ayah Jaya, jalan balas
dendam adalah jalan keluar yang tepat. Memendam perasan yang luar biasa sakit,
memang tidak bisa diartikan bagaimana pun. Ada gejolak emosi yang meliputinya.
Sekian dulu urainku tentang film
ini. Bagi teman-teman yang tertarik, silahkan dicari. Saranku, umur kalian di
atas 18 tahun ke atas. Sebab, film ini walau bertema remaja, namun banyak
hal-hal buruk dalam film ini. Buruknya bisa dikatakan extrim sekali.
5 Comments
kak mengingat ayahnya jaya tidak punya alasan hidup maka tidak heran dia memutukan untuk bunuh diri. Ayahnya jaya tidak punya siapapun selain dia
ReplyDeleteiya, sedih banget, ya...
DeleteMiris, sedih, g kuat liat pembulian film ini.
ReplyDeleteMmg balas dendam tdk dibenarkan tp ayah jaya g punya pilihan krn kemiskinan membuatnya tak berdaya, dan pembalasan dendamnya sangat setimpal utk cecunguk2 yg menyiksa anaknya.
sedih campur kesel, karena jaya masih dicap buruk oleh banyak orang..ditambah ayahnya juga, walaupun niat ayahnya untuk membalaskan dendam jaya tapi semua orang masih berfikir yang negatif tentang jaya,,seharusnya pemlik toserba sama temennya jaya ungkapin kebenarannya duluu
ReplyDeletemasih ganjel kalau kasusnya jaya belum diusut...huftt
ReplyDeleteBerbagi itu menyenangkan. Jadi, jangan sungkan untuk berkomentar. Beri kritik & saran juga diperbolehkan. Salam kenal, ya... ^_^