Ticker

6/recent/ticker-posts

My Little Baby, Jaya! Kenapa Harus Seperti Ini?



Akhirnya nonton Korea lagi. Tapi kali ini bukan dramanya, melainkan filmnya. Film Korea yang kutonton hari ini adalah My Little Baby, Jaya! Sebuah Film yang sebenarnya bertema umum, seperti yang biasa aku tonton. Kehidupan miskin, di sekolah dibully, dan berakhir dengan tragis. Namun, bedanya di sini, Jaya, tokoh utama adalah sisiwi yang menyukai dunia paduan suara, dan ayahnya tidak normal seperti ayah biasanya. Ayahnya memiliki kekurangan secara fisik dan mental. Namun, walau begitu, etos kerja ayahnya harus dicontoh – pekerja keras.

Judul: My Little Baby, Jaya!
Rilis: April 2017

Jaya dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Karena dekatnya Jaya dengan ayahnya, mereka memiliki selogan, “Kau senang, aku senang, semua senang.” Saat selogan ini diucapkan, berarti mereka memang senang. Slogan ini didapatkan dari iklan es krim di TV. Unik bukan? Karena kekurangan fisik dan mental, pemerintah Korea menganggap ayah Jaya tidak mampu merawat Jaya. Namun Jaya tidak ingin meninggalkan ayahnya. Jadilah Jaya dirawat hingga remaja.

Lulus SMP, Jaya ke Soeul. Jaya diterima sekolah SMA bagian paduan suara. Dan, disinilah pembullyan itu mulai. Di sekolah, Jaya lebih percaya diri. Jaya tidak takut dengan siapa pun. Karena sikapnya demikian, apalagi pada saat pencarian paduan suara, ada temannya yang iri. Maka, jadilah pembullyan itu dimulai.

Tahap awal, pembullyan mungkin masih tidak begitu sadis. Namun, makin ke sini pembullyannya makin sadis. Aku yang menonton film ini tidak tega untuk menontonnya. Makanya, pada saat Jaya ulang tahun dan tamu tidak diundang datang, mulailah petualangan nontonku di skip skip. Saat mulai skip skip, sambil menyimak, sangat mengiris hati. Sebegitu parahkan pembullyan di sekolah? Sungguh di luar logika. Aku yang menonton film ini benar-benar takut.

Menjelang endingnya pun, mau dikatakan seperti apa, ya. Ayah Jaya mulai balas dendam dengan bantuan teman Jaya. Sebenarnya, tindakan ini dilakukannya karena ayah Jaya sempat melaporkan kematian Jaya karena kasus pembullyan itu. Sayang, aparat kepolisian tidak percaya. Hingga, muncullah niat balas dendam tersebut.

Buku diary Jaya. 
Sayang, tidak bisa menjadi bukti kuat saat ayah Jaya melapor ke polisi.
Menulis memang selalu menjadi sejarah. Maka dari itu, mulailah menulis. 
Sebab, ada makna dalam tulisan yang ditulis itu.

Jujur, melihat kondisi ayah Jaya, tidak tega melihatnya untuk melakukan hal itu. Namun, karena kasih sayangnya terhadap Jaya begitu besar, maka hal itu pun dilakukan. Berbekal cerita-cerita Jaya di buku hariannya membuat sulut kemarahan ayah Jaya semakin membara. Maka, pembunuhan demi pembunuhan itu terjadi. Yang paling sadis ketika ayah Jaya membawa teman Jaya ke danau. Di sanalah perlakukan sadis dilakukannya. Ayah Jaya menggunakan mata pancing, lalu memasukkan ke mulut teman Jaya, lalu menariknya dengan sangat bertenaga. Bagian ini membat aku tidak berani melihatnya. Huh, sadis benar!

Mungkin, bunuh diri adalah pilihan tepat bagi ayah Jaya.
Hidup dengan penuh rasa luka juga tidak akan nyaman, apalagi dengan lumuran dosa.

Namun sedihnya... ayah Jaya bunuh diri. Saat ending, terasa begitu menyedihkan. Ayah Jaya berkata, “Orang yang bak awan... begitu tiba di rumah ia tidak lebih dari seorang ayah. Aku... adalah seorang ayah.” Benar sekali, aku mengartikan, sebagaimana pun bentuk seorang ayah, tetap saja ia memiliki sosok seorang ayah. Ayah Jaya adalah figur seorang ayah yang dicontoh. Walau keputusannya balas dendam aku rasa tidak bisa aku dukung. Namun, bagaimana pun, jika kondisi seperti ayah Jaya, jalan balas dendam adalah jalan keluar yang tepat. Memendam perasan yang luar biasa sakit, memang tidak bisa diartikan bagaimana pun. Ada gejolak emosi yang meliputinya.

Sekian dulu urainku tentang film ini. Bagi teman-teman yang tertarik, silahkan dicari. Saranku, umur kalian di atas 18 tahun ke atas. Sebab, film ini walau bertema remaja, namun banyak hal-hal buruk dalam film ini. Buruknya bisa dikatakan extrim sekali.


Reactions

Post a Comment

5 Comments

  1. kak mengingat ayahnya jaya tidak punya alasan hidup maka tidak heran dia memutukan untuk bunuh diri. Ayahnya jaya tidak punya siapapun selain dia

    ReplyDelete
  2. Miris, sedih, g kuat liat pembulian film ini.
    Mmg balas dendam tdk dibenarkan tp ayah jaya g punya pilihan krn kemiskinan membuatnya tak berdaya, dan pembalasan dendamnya sangat setimpal utk cecunguk2 yg menyiksa anaknya.

    ReplyDelete
  3. sedih campur kesel, karena jaya masih dicap buruk oleh banyak orang..ditambah ayahnya juga, walaupun niat ayahnya untuk membalaskan dendam jaya tapi semua orang masih berfikir yang negatif tentang jaya,,seharusnya pemlik toserba sama temennya jaya ungkapin kebenarannya duluu

    ReplyDelete
  4. masih ganjel kalau kasusnya jaya belum diusut...huftt

    ReplyDelete

Berbagi itu menyenangkan. Jadi, jangan sungkan untuk berkomentar. Beri kritik & saran juga diperbolehkan. Salam kenal, ya... ^_^