Sekolahan identik dengan
pem-bully-an. Di berita juga banyak kasus pem-bully-an. Bahkan, bisa dikatakan
tidak habis-habisnya. Miris mengingat hal ini. Dulu, waktu saya sekolah,
pem-bully-an kerap terjadi. Tapi, tarapnya masih sangat ringan. Walau sebenarnya
pada intinya pem-bully-an dalam bentuk apa pun dilarang. Tapi waktu itu, tidak
ada yang namanya korban sampai meninggal, bahkan menjadi gila karena
pem-bully-an.
Rilis: Pebruari 2017
Saya memang sangat tidak suka
dengan yang namanya pem-bullya-an, dalam bentuk apa pun. Namun, hal di sekolah,
tidak bisa dipungkiri. Jika tidak dalam hal berat, hal ringan pun sering
terjadi. Namun, tidak ada yang namanya kekerasan sampai membuat sang korban
trauma dan lain-lainnya. Tapi tetap, saya tidak setuju sama sekali. Titik!
Sama dengan film Jepang yang
bulan lalu selesai saya tonton. Sebenarnya, saya akan me-review-nya setelah
selesai menonton. Tapi sayang, saya gagal. Saya lebih leha-leha tidak jelas. Maka
dari itu, niat semula tidak diwujudkan. Tapi, alhamdulillah hari ini bisa saya
wujudkan.
korban bully & mengalami depresi |
Film ini berjudul Demon Covered in Scars, berasal dari Jepang. Merupakan filim Jepang yang saya tonton yang awalnya tidak menarik, namun seiring memaksakan diri untuk menonton akhirnya saya tergugah juga. Apalagi dalam film ini bercerita tentang pem-bully-an.
Jadi, ceritanya seperti ini. Ada
anak gadis yang pindah ke desa mengikuti orangtua. Mungkin karena orangtuanya
pindah bekerja atau yang lainnya. Saya hampir lupa. Yang pasti, anak gadis ini
dulunya punya geng di sekolahannya di kota. Gengnya ini suka mem-bully anak
lainnya. Caranya cukup ekstrim. Pada saat prolognya, kita diperlihatkan
bagaimana proses pem-bully-an di sekoah. Sedang tukang bully-nya sangat
menikmati hal ini. Lantas apa yang terjadi?
Saat di desa, anak cewek ini
justeru di bully sama anak-anak lainnya. Pada awalnya, sekolah ini bisa
dikatakan anti pem-bully-an. Namun sisi lain, sekolahan di desa ini, atau lebih
khususnya di kelas tidak ada interaksi antara satu dan lainnya. Mereka lebih
memilih berinteraksi sesama gengnya. Akhirnya, anak gadis ini berusaha utuk
mencari teman. Ada beberapa trik yang dia lakukan hingga akhirnya mendapatkan
teman. Namun sayang, ada teman lainnya tidak suka ke dia, akhirnya menyadap
HP-nya hingga pesan yang dikirim ke teman kotanya tersebar di HP teman-teman
lainnya. Hingga akhirnya, permusuhan pun terjadi. Pem-bully-an pun terjadi.
Dan tahu, kah, kalian siapa yang
menyadap HP anak gadis itu? Dia adalah anak gadis yang pernah di bully sama
geng anak gadis kota ini. Maka dari itu, korban ini istilahnya balas dendam. Banyak
hal yang dia lakukan hingga anak gadis kota ini di-bully. Banyak hal buruk yang
terjadi. Cukup miris.
Melihat hal itu, sebenaranya ada
beberapa guru yang peduli, namun akhirnya hanya bisa diam diri. Malah, wali
kelasnya hanya bisa diam mengetahui hal itu. Dan apa yang wali kelasnya
katakan, “Pem-bully-an di sekolah itu hal yang lazim.” Dan yang mengejtukan,
ternyata sang wali kelas dulu memang suka di-bully saat sekolah. Maka dari itu
dia lebih memilih diam ketimbang ikut campur. Bisa ribet jadinya. Kita sudah
tahu kan bagaimana pem-bullya-an itu. Misal ada yang memberitahu hal itu, maka
justeru kita yang jadi korban berikutnya.
Dan apa yang terjadi berikutnya? Silahkan
kalian tonton. Ada hal manis terjadi dalam film ini. Sebuah sindiran di bagian
akhir terasa ada manis-manisnya begitu. Mengena banget kritiknya. Walau pada
dasarnya, intrik tidak baik terjadi di sini. Tapi, intinya pada akhirnya semua
kembali baik.
Film ini memang menggabarkan
sebuah keadaan sekolah yang mungkin saja terjadi di sekolah-sekolah, terutama
mungkin di sekolah kita bagi yang menjadi guru. Maka dari itu, memperhatikan
siswa sangatlah berguna dalam hal ini. Wali kelas, atau guru BP/BK harus
bergerak untuk menghilangkan hal ini. Kenapa begitu? Karena korban pembullyan
bisa mengalami depresi yang luar biasa, bahkan bisa menjadi gila. Alangkah menyedihkan,
bukan?
............
Baiklah, sekian dulu review film
saya. Semoga setelah membaca review ini kalian tertarik untuk mendownload film
ini. Dan harapan saya, semoga di sekolah kita tidak terjadi semacam ini. Apa
pun bentuknya pem-bully-an ini, entah itu berat atau ringan, yang pasti
sangatlah buruk. Maka dari itu, sebagai guru, wali kelas, dan pihak lainnya,
mari kita memperhatikan lingkungan sekolah kita. Hilangkan yang namanya
pem-bully-an.
0 Comments
Berbagi itu menyenangkan. Jadi, jangan sungkan untuk berkomentar. Beri kritik & saran juga diperbolehkan. Salam kenal, ya... ^_^