Tulisan lama. Ide muncul saat teman kos suka lagu India. Aku suka juga sih. Film dan lagu India memang lagi digemari saat di kos dulu. Hiks... jadi baper dengan tulisan ini. Ingat teman-teman kos dulu. Mereka sekarang sudah punya anak (sebagian). Dan aku? Doakan saja. Semoga cepat menyusul. Amin!
[image source]
Di sudut malam yang sepi. Aku sendiri merajut mimpi yang entah kapan bisa
ku gapai. Yang jelas, aku ingin sekali meraihnya.
“Kau lanjutkan saja mimpimu, Sob,” suaramu tiba-tiba bergentayangan dalam
rajutan mimpiku, membuat aku rindu padamu. Hingga rajutan itu setengah jadi,
wajahmu selalu muncul dan muncul, membuat aku semakin ingat waktu kita dikejar
oleh penjaga tiket layar tancap saat kita berdua menyelinap masuk.
***
Kuingat betul sebelum kita berangkat ke ramaian orang untuk menonton
layar tancap kau berkata, “Aku ingin sekali pergi untuk melihat acting Amissa Patel, ingin sekali. Sebab
aku suka sekali dengannya.” Aku pun perlahan berbisik kepadamu, “Kita pasti
datang.” Dan aku pun tersenyum saat melihat kegiranganmu, bahkan kau memelukku.
Namun, di tengah perjalanan tiba-tiba langkah kita terhalang tepat di
tempat penjualan tiket, aku mengaduk-aduk kantong celanaku; kiri dan kanan.
Hasilnya nihil. Wajahmu pun mendung secepat detik.
“Maafkan aku, Sob. Aku benar-benar lupa, padahal aku sudah memasukkannya
tadi,” jelasku.
“Sudahlah.” Hanya itu ucapanmu membuat aku merasa bersalah padamu. Aku
pun terdiam, menampilkan wajah yang benar-benar tak enak denganmu. Tapi, itu
sejenak, mungkin dua menit, kau langsung membisikkanku tentang ide konyol itu,
ide yang belum pernah kita lakukan. Dan anehnya aku, aku pun mengikuti idemu.
Alhasil, kita ketahuan. Aku malu. Mungkin kau malu juga? Karena kulihat
wajahmu menunduk.
Aku dan kau pun berjalan, seolah kita akan pulang. Namun entah sesuatu
apa yang menggerakkan tubuh kita, tiba-tiba gerakkan tubuh kita saling
menghadap dan langsung menyebutkan kata ulang untuk mencoba idemu yang sempat
gagal. Kita pun mengendus aroma angin di samping kanan karung-karung yang
melingkari orang-orang yang menyaksikan layar tancap dan, ‘kaho na pyar hai, kaho na pyar hai.’ Lagu itu mengudara, membuat
kau gesit menyingkap karung-karung itu, sedangkan aku tetap sebagai pengamat
agar kita tida ketahuan.
“Ayo masuk, Sob,” katamu berbisik di epidermis karung-karung itu. Namun,
baru saja aku menidurkan tubuhku untuk menyelinap masuk, tiba-tiba petugas
datang menghampiri. Aku pun langsung terbangun dan berbisik padamu, “Petugas
datang. Aku akan menunggumu di luar.” Dan aku pun tak dapat mengikuti caramu. Aku
menunggumu di luar, sedangkan kau asyik dengan Amissa Patel-mu. Namun, sebagai
sahabat sejati, aku dengan setianya menunggumu sampai selesai.
Sepulang kita, kau bercerita tentang film itu. Film yang paling kau suka,
apalagi pembicaraanmu selalu mengarah ke Amissa Patel, sang artis idolamu.
Komentarmu pun berjibun tentangnya, membuat aku senyam-senyum selalu.
***
Ah, sungguh kurasakan betapa langkanya dirimu, Sob. Membuat aku semakin
rindu ingin bertemu. Mungkinkah kau tetap mengidolakan Amissa Patel? Atau artis
Indonesia yang semakin membanjir? Entahlah, karena jawaban itu hanya ada pada
dirimu, Sob.
***
Dan nada dering Kun Ma’y Sulis membangunkan aku tentang dirimu. Kuangkat
dan…
“Assalamu’alaikum.” Suara yang kukenal menyapa merdu.
“Wa’alikumussalam,” balasku.
Ya! Itu lah suara Sobatku, sobat yang kini ada dirantauan dan entah
darimana ia dapat nomorku.
Semoga kau baik-baik saja, Sob. Tetap berjuang dirantau orang. Dan semoga
kau mengingatku, mengingat kisah kita, mengingat perkatan kita untuk tetap
mengejar mimpi, seperti aku sekarang yang selalu mengingat hal itu.
0 Comments
Berbagi itu menyenangkan. Jadi, jangan sungkan untuk berkomentar. Beri kritik & saran juga diperbolehkan. Salam kenal, ya... ^_^