Ticker

6/recent/ticker-posts

Kuingat Kau dengan Amissa Patelmu, Sob!

Tulisan lama. Ide muncul saat teman kos suka lagu India. Aku suka juga sih. Film dan lagu India memang lagi digemari saat di kos dulu. Hiks... jadi baper dengan tulisan ini. Ingat teman-teman kos dulu. Mereka sekarang sudah punya anak (sebagian). Dan aku? Doakan saja. Semoga cepat menyusul. Amin!

[image source]

Di sudut malam yang sepi. Aku sendiri merajut mimpi yang entah kapan bisa ku gapai. Yang jelas, aku ingin sekali meraihnya.

“Kau lanjutkan saja mimpimu, Sob,” suaramu tiba-tiba bergentayangan dalam rajutan mimpiku, membuat aku rindu padamu. Hingga rajutan itu setengah jadi, wajahmu selalu muncul dan muncul, membuat aku semakin ingat waktu kita dikejar oleh penjaga tiket layar tancap saat kita berdua menyelinap masuk.

***
 
Kuingat betul sebelum kita berangkat ke ramaian orang untuk menonton layar tancap kau berkata, “Aku ingin sekali pergi untuk melihat acting Amissa Patel, ingin sekali. Sebab aku suka sekali dengannya.” Aku pun perlahan berbisik kepadamu, “Kita pasti datang.” Dan aku pun tersenyum saat melihat kegiranganmu, bahkan kau memelukku.

Namun, di tengah perjalanan tiba-tiba langkah kita terhalang tepat di tempat penjualan tiket, aku mengaduk-aduk kantong celanaku; kiri dan kanan. Hasilnya nihil. Wajahmu pun mendung secepat detik.
“Maafkan aku, Sob. Aku benar-benar lupa, padahal aku sudah memasukkannya tadi,” jelasku.
“Sudahlah.” Hanya itu ucapanmu membuat aku merasa bersalah padamu. Aku pun terdiam, menampilkan wajah yang benar-benar tak enak denganmu. Tapi, itu sejenak, mungkin dua menit, kau langsung membisikkanku tentang ide konyol itu, ide yang belum pernah kita lakukan. Dan anehnya aku, aku pun mengikuti idemu. Alhasil, kita ketahuan. Aku malu. Mungkin kau malu juga? Karena kulihat wajahmu menunduk.

Aku dan kau pun berjalan, seolah kita akan pulang. Namun entah sesuatu apa yang menggerakkan tubuh kita, tiba-tiba gerakkan tubuh kita saling menghadap dan langsung menyebutkan kata ulang untuk mencoba idemu yang sempat gagal. Kita pun mengendus aroma angin di samping kanan karung-karung yang melingkari orang-orang yang menyaksikan layar tancap dan, ‘kaho na pyar hai, kaho na pyar hai.’ Lagu itu mengudara, membuat kau gesit menyingkap karung-karung itu, sedangkan aku tetap sebagai pengamat agar kita tida ketahuan.

“Ayo masuk, Sob,” katamu berbisik di epidermis karung-karung itu. Namun, baru saja aku menidurkan tubuhku untuk menyelinap masuk, tiba-tiba petugas datang menghampiri. Aku pun langsung terbangun dan berbisik padamu, “Petugas datang. Aku akan menunggumu di luar.” Dan aku pun tak dapat mengikuti caramu. Aku menunggumu di luar, sedangkan kau asyik dengan Amissa Patel-mu. Namun, sebagai sahabat sejati, aku dengan setianya menunggumu sampai selesai.

Sepulang kita, kau bercerita tentang film itu. Film yang paling kau suka, apalagi pembicaraanmu selalu mengarah ke Amissa Patel, sang artis idolamu. Komentarmu pun berjibun tentangnya, membuat aku senyam-senyum selalu.

***

Ah, sungguh kurasakan betapa langkanya dirimu, Sob. Membuat aku semakin rindu ingin bertemu. Mungkinkah kau tetap mengidolakan Amissa Patel? Atau artis Indonesia yang semakin membanjir? Entahlah, karena jawaban itu hanya ada pada dirimu, Sob.
***

Dan nada dering Kun Ma’y Sulis membangunkan aku tentang dirimu. Kuangkat dan…
“Assalamu’alaikum.” Suara yang kukenal menyapa merdu.
“Wa’alikumussalam,” balasku.

Ya! Itu lah suara Sobatku, sobat yang kini ada dirantauan dan entah darimana ia dapat nomorku.
Semoga kau baik-baik saja, Sob. Tetap berjuang dirantau orang. Dan semoga kau mengingatku, mengingat kisah kita, mengingat perkatan kita untuk tetap mengejar mimpi, seperti aku sekarang yang selalu mengingat hal itu.
Reactions

Post a Comment

0 Comments