Menulis
memang bisa dikatakan rada-rada susah. Kadang bingung mau nulis apa. Kadang juga
ide banyak. Tapi sayang, saat menulis semua terasa hilang – baru setengah
nulis, langsung bingung. Tidak semua sih seperti itu, kadang banyak orang yang
pandai sekali menulis. Mungkin, mereka memiliki target. Begitu juga denganku,
sempat bikin target untuk nulis. Misal di blog. Aku ingin satu hari itu satu
postingan. Sayang, itu hanya sebuah harapan semata. Memang benar satu hari itu
bisa posting satu. Bahkan bisa lebih dari satu. Yang miris itu, ketika
hari-hari berlalu tidak ada satu pun postingan. Menyedihkan memang. Namun begitulah
mood menulis. Memang hal lumrah dalam
dunia tulis menulis.
Sengaja dibalik. Ini cuma teaser semata. ^^ |
Terkait hal
itu, tulisan ini juga pengen aku tulis sejak dua hari yang lalu. Lantaran,
beberapa blog selalu menyugukan tentang barang yang dimilikinya. Merasa iri,
aku pun berniat untuk menulis hal itu. Tapi, lagi-lagi mood yang semula kenceng
tiba-tiba kendor saat bingung harus dimulai dari mana. Akhirnya, pada kesempatan
ini bisa mulai.
Barang apa
yang kumaksud? Ini lebih tepat ke barang yang selalu didambakan anak desa
setingkat SMP, SMA, atau kuliahan. Karena dengan barang ini, berasa memiliki
level yang lebih tinggi (dulu). Tapi sekarang, level itu kayaknya tidak ada
ukuran lagi. Soalnya, barang ini banyak yang sudah memilikinya. Para TKI/TKW
saja sudah punya. Jadi, barang ini bisa dikatakan bukan barang mewah lagi.
Laptop! Ya,
ini yang aku maksud. Sebenarnya, yang aku punya laptop, lebih tepatnya note book. Kan, laptop itu ukurannya
besar dan ada piringan CDnya. Sedangkan note
book, ukurannya lebih kecil. Namun setipe awam, itu sama saja. Tetap saja
dipanggil laptop. Tidak masalah sih. Soalnya fungsinya sama. Yang bedakan cuma ukuran
dan ada rak piringannya saja. Simple banget, kan, ya….
Baiklah. Saatnya
aku mengurus iri ini. Supaya rasa iri ini bisa ilang. Jelasnya, supaya terlihat
mirip dengan beberapa blog yang selalu me-review laptop milik mereka. Aku beranggapan,
mereka begitu suka cita dengan yang dimilikinya. Lantas, apa aku harus diam? Rasanya
tidak. Untuk itulah tulisan ini mulai aku buat.
Panggil saja
laptop. Soalnya, kalau tulis note book lebih ribet. Tapi yang pasti, aku
memiliki note book. Aku memilikinya saat kuliah dulu. Tepatnya saat semester 5.
Jujur, keinginan punya laptop terbesit saat tugas kuliah sangat banyak. Awalnya
memang tidak apa-apa karena kebanyakan tugas kuliah itu mengandalkan tulisan. Tapi
seiring waktu, tugas semakin banyak. Dan apabila aku terus saja menulis,
bisa-bisa tulisanku semakin bagus. Eh, maksudku tanganku bisa cidera saking
seringnya bergerak di atas kertas. Makanya, aku pun mulai membuat tugas dengan komputer.
Pada saat kuliah dulu, memang memilik laptop ibarat sebuah barang yang mewah. Jadi,
jarang yang punya. Yang banyak sih komputer. Tapi ya itu, komputer dulu tidak
sekeren komputer sekarang. Apa aku bisa menggunakan komputer? Tidak. Tidak sama
sekali. Waktu SMA pernah belajar, tapi ya itu, 1 komputer terdiri dari 5 atau 7
orang yang megang. Aku yang jujurnya seorang pemalu, tentu tidak pernah
kebagian. Lantas bagaimana caranya?
Lanjut. Supaya
terlihat lebih keren, aku memang niat harus buat tugas dengan komputer. Niat itu
walaupun ujung-ujungnya nulis juga. Tapi setidaknya, hasil akhir dari tugasku
bisa layak dibaca dengan sangat nyaman. Maksudku, saat buat tugas aku pakai
tangan untuk membuatnya. Setelah jadi, ada teman yang punya komputer yang mengetikkan.
Dengan hasil, ya itu, pekerjaanku sedikit dimodifikasi. Tidak apa-apa sih, yang
penting tugas bisa selesai. Bukankah ini yang dikatakan simbiosis mutualisme?
Seiring waktu,
tidak mungkin kan aku terus jadi parasit di teman. Akhirnya, hasrat punya
laptop kembali muncul lagi. Setelah berbicara ke orangtua, bukannnya mendapat
sambutan hangat, malah sebaliknya. Maklum, kondisi keuangan keluarga memang
sangat lemah. Akhirnya, hanya bisa menelan ludah doang. Tidak bisa apa-apa lagi.
Biarkan masa kuliah tetap berjalan.
Seburuk apa
pun keadaan, pasti setiap orang ingin merubahnya. Mungkin, itulah gambaran yang
aku pun ingin ubah. Aku pun sudah tidak se-parasit sebelumnya. Aku dan teman
(sama-sama tidak punya laptop) memutuskan untuk membuat tugas di rental. Ini sih
bertujuan untuk diam-diam mau kursus begitu. Jadinya, sebenarnya walau niat
buat tugas. Toh, tidak pernah selesai. Ujung-ujungnya buat tugas pakai tangan
lagi. Tapi setidaknya, tanganku sudah tidak gemetar lagi saat megang keyboard. Ketahuan
ya aku begitu gaptek.
Ke rental
terus menerus. Tidak peduli berapa jam di sana. Tidak peduli berapa kali
memanggil penjaga rental. Yang penting, aku belajar. Titik. Prinsipnya, kalau
rusak tidak apa-apa yang penting bukan punyaku. Prinsip yang tidak patut
dicontoh. Sangat miris memang. Tapi setidaknya berusaha untuk bisa, ya,
dicontoh. Iya, kan? (abaikan!)
Alhasil? Semua
memang butuh proses. Benar kata orang, hanya waktu yang menentukkan semuanya. Dari
proses ini, akhirnya sekarang bisa menguasai laptop walaupun tidak hebat-hebat
banget. Setidaknya, dengan ini ada kepercayaan dari orang lain. Aku bisa megang
pelajaran TIK dan menjadi operartor.
Bagaimana? Apa
kisah ini penting? Wahaha… aku rasa tidak, ya. Sekian dulu ya. Sebenarnya, aku
ingin menceritakan fase-fase saat sudah punya laptop dan bagaimana kondisi
laptopku sekarang. Next time saja ya.
Kalau penasaran, ini aku berikan teaser-nya dulu: kondisi laptopku sekarang mengenaskan. Di gambar, hanya tipuan semata. (dramatisir).
Sekian, ya. Maklum hari Jumat, saatnya mengejar pahala.
0 Comments
Berbagi itu menyenangkan. Jadi, jangan sungkan untuk berkomentar. Beri kritik & saran juga diperbolehkan. Salam kenal, ya... ^_^