Manusia
yang sudah memiliki kematangan usia, atau secara finisal, patut untuk
memikirkan membina rumah tangga. Untuk membina rumah tangga, beberapa aspek
yang diperhatikan untuk mewujudkan hal demikian, salah satunya adalah memilih
pasangan hidup itu sendiri. Karena, sebuah hubungan yang diikat dengan nama
pernikahan bukan hal main-main seperti sebuah permainan yang dilakukan sehari
dua hari, namun lebih dari itu. Sebab, sebuah pernikahan adalah tentang dua
karakter yang berdampingan yang harus sejalan untuk tetap mempertahankannya.
Terkait
dengan pasangan, terkait pula tentang jodoh, sesiap apa pun manusia itu, jika
Allah belum mengizinkan maka tidak akan terjadi. Demikian yang dirasakan oleh
Laranjani dalam novel ini. Usianya yang sudah 27 tahun belum menemukan jodoh
malah membuatnya semakin menderita. Bukan karena dirinya, melainkan karena
omongan orang di sekitarnya. “Aku Cuma menyarankan. Kau bukannya memiliki
pemahaman agama yang bagus? Agamamu pun menyuruh kau cepat menikah supaya tak
banyak masalah, bukan?” (halaman 3).
Orang-orang
dekat Laranjani semakin mendesaknya untuk menikah. Bahkan mencarikannya jodoh. Namun,
Laranjani menolaknya. Hingga orang-orang dekatnya pun menganggap Laranjani
terlalu memilih. “Saya tidak terlalu memilih, Mbak. Saya hanya punya kriteria
yang menjadi keinginan saya. Salahkah kalau saya punya keinginan?” (halaman
45). Dengan penilaian orang-orang terdekatnya, Laranjani malah berkesimpulan,
bahwa mereka tidak mengerti dirinya.
Batin
Laranjani tersiksa. Pikirannya selalu bertautan dengan jodoh. Padahal, jodoh
itu sudah diatur. Karena hal itu, Laranjani selalu memohon pada Sang Kuasa agar
dikuatkan. Hingga, hatinya memiliki pilihan pada seorang laki-laki bernama
Rifky. Rifky adalah laki-laki yang pernah dituduhnya pencuri di perpustakaan
mushola kampusnya, dan sekarang menjadi teman kerjanya di Pak Hasan. Laranjani
menaruh hati pada Rifky karena baik, ramah, dan memiliki agama yang baik.
Layaknya
perempuan muslimah, Laranjani memegang teguh hal itu Perasaannya pada Rifky
ditutupnya begitu rapi. Hingga suatu hari, Pak Hasan menyuruh Laranjani dan
Rifky berkumpul. Pak Hasan akan membicarakan tentang jodoh Laranjani. Laranjani
memang percaya pada Pak Hasan, karena selama ini Pak Hasan baginya seperti
ayahnya. Laranjani begitu mengharapkan jodoh yang dipilihkan Pak Hasan adalah
Rifky. “..... Ya Allah, aku berharap malam ini adalah jawaban solusi dari
permasalahnku ini.” (halaman 79).
Manusia
bisa berharap, namun Allah yang menentukkannya. Begitu juga dengan Laranjani,
ia berduka, orang yang diharapkan jadi jodohnya bukan Rifky melainkan Fatih.
Fatih adalah ketuanya dalam organisasi kampus, sekaligus laki-laki yang
diseganinya. Fatih juga memiliki agama yang baik, namun, Laranjani tidak
bahagia dengan hal itu.
Akhirnya,
dengan pertimbangan yang matang, Laranjani menerima perjodohan itu. setelah
menikah, Laranjani tinggal bersama Fatih di kampung halaman Fatih. Dalam
membina rumah tangga, Fatih begitu baik dan sayang terhadap Laranjani. Sayang,
Laranjani belum membuka hati untuk Fatih. Hatinya masih bertautan pada Rifky.
Hingga, pada akhirnya, sepandai apa pun Laranjani menyimpan hal itu, akhirnya
Fatih mengetahuinya ketika membuka leptop milik Laranjani. Jujur aku
mengagumimu. Sosok muda, tampan, dan humoris. Namun, kau tak akan pernah halal
bagiku. Maka kuputuskan untuk menerima semua ini. Meski berlinang air mata dan
derita, aku telah putuskan mengusirmu dari kamar hatiku, Rifky (halaman
138).
Ketika
Fatih tahu tentang perasaan Laranjani, di rumahnya tidak ada lagi kemesraan,
canda, apalagi tawa. Semuanya berubah. Fatih tidak perhatian lagi dengan Laranjani.
Bahkan, Fatih berencana pergi menjadi relawan di Sinabung, tentu bersama Rifky.
Saat menjadi relawan, Fatih bahkan sempat menikah dengan perempuan yang
ditinggal menikah oleh pasangannya, Silvia. Rifky bukan hanya tinggal diam, ia
menasihati Fatih, namun Fatih tidak mendengarkannya.
Seperti
sebuah garis yang sudah digariskan Allah, atau tepatnya takdir, bencana di
Sinabung semakin parah sehingga menyebabkan kecelakaan terjadi pada Fatih
ketika membantu orang-orang, Fatih meninggal di sana. Laranjani mengetahui hal
itu sangatlah terpukul. Bukan karena kehilangan Fatih semata, karena kematian
sudah ditakdirkan Allah, melainkan penyesalannya yang memiliki perasaan telat
pada Fatih.
Kematian
Fatih bukan hanya sekedar kepergian, melainkan memulainya kehidupan baru untuk
membahagiakan orang tercinta. Fatih mengamanakah kepada Rifky untuk menikahi
Laranjani. ..... Kata orang cinta itu tak selamanya jodoh, mungkin itu yang
ada pada kita. Dan mungkin saja, memeang Rifky-lah jodohmu (halaman 160).
Apakah Rifky mau menikahi Laranjani?
Sungguh,
sebuah takdir, apa pun peristiwa yang menimpanya, maka tidak akan pernah
berpaling. Begitu juga dengan jodoh yang dibahas dalam novel ini. Novel yang
diramu dengan penuturan sederhana, begitu mudah dipahami. Namun sayang, dalam
novel ini ceritanya mudah sekali ditebak. Walaupun demikian, kekurangan bukan
berarti menghilangkan makna jodoh dari segi agama. Dan, satu point dalam novel
ini, diakhir cerita, penulis menambahkan nasihat-nasihat cinta yang baik dalam
kaidah agama.
3 Comments
Menarik resensinya, Mas.Dan, bikin penasaran penginbaca bukunya. Apalagi ini islami dibalut romance ya? Aku sendiri sedang berusaha menulis novel genre ini. :D
ReplyDeleteyuk beli #eh... in novel hadiah resensi kemarin. kalau mau belajar genre ini, harus banyak beli buku yang model gini. ^_^
ReplyDeleteKetahui potensi diri, jodoh dan kepribadian dari arti nama dan tanggal lahir dengan coba unduh ARC Bali Pro kami di PlayStore atau ingin tahu lebih jauh bisa baca blog kami di ARC Bali
ReplyDeleteBerbagi itu menyenangkan. Jadi, jangan sungkan untuk berkomentar. Beri kritik & saran juga diperbolehkan. Salam kenal, ya... ^_^