“Sholat
Duhah, yuk.” Suatu hari ada teman yang mengajak sholat Dhuha. Kebetulan, teman
itu memang pengetahuan agamanya sangat baik. Aku salut sama dia. Selain itu,
dia juga sering puasa Senin Kamis, kadang aku juga iri. Tapi ya gitu, godaanku
lebih besar ketimbang dia. Oh tunggu, apa imanku ya yang tipis?
“Aku tidak hafal do’anya.” Itu jawabku sekenanya.
“Aku tidak hafal do’anya.” Itu jawabku sekenanya.
“Tidak
apa. Yang penting dikerjakan.”
“Lain
kali saja.”
Akhirnya dia hanya sholat sendiri, dan aku? Hanya memperhatikannya.
Bukan karena aku tidak hafal do’anya, hanya saja aku belum terbiasa saja. Masalah
do’a, aku sedikit hafal sih sebenarnya.
^_^
Aku tahu, manfaat dari sholat
Dhuha itu luar biasa. Bahkan, aku pernah membaca bagaimana dahsyatnya sholat
Duhah itu. Tapi, ya, begitu, karena memang tidak pernah melaksanakannya. Jadi,
malas itu akan hadir dengan sendirinya. Namun, beberapa minggu kemudian, aku
jadi terpikir untuk melaksanakannya. O ya, perlu kalian tau, aku percaya setiap
orang memiliki statistik keimanan. Maksduku, setiap orang kadang mengalami
perubahan keimanan. Kadang rajin menjalankan perintah-Nya, dan kadang selalu
abai. Nah, aku kadang demikian. Oleh karena itu manusia digolongkan mahluk yang
lemah.
Apa aku sholat Dhuha?
Baiklah, kembali terkait dengan
sholat Dhuha. Aku memang mencoba untuk menjalankannya. Itu pun, hanya dilakukan
sekali dalam satu minggu. Yang aku rasa belum apa-apa. Hingga tepat pada bulan
Puasa, kebetulan libur sekolah di awal puasa, aku coba melaksanakan sholat
Duhah setiap pagi. Ya, maklum, kalau bulan Puasa, orang-orang pada berlomba
melakukan kebaikan, dan aku pun begitu. Akhirnya, seminggu full aku mencoba
melaksanakan sholat Duhah. Dan alhamdulillah, kedahsyatan sholat Duhah aku
dapatkan, walau ukurannya kecil. Setidaknya, Yang Kuasa mendengar apa yang aku
inginkan.
Apa yang aku inginkan?
Jadi gini, aku kan suka nulis. Bisa
novel, cerpen, resensi atau artikel. Itu pun dengan kemampuan seadanya. Jadi,
setiap aku selesai sholat Duhah, aku akan menulis. Saat itu, cerpen dan novel. Dan
saat selesai, terutama untuk cerpen, aku akan mengirimnya disertai do’a. Dan
alhamdulillan, seminggu kemudian, ada cerpenku yang dimuat. Sangat bersyukur
sekali akan hal itu. Setidaknya, perjuanganku untuk belajar menulis di
tahun-tahun sebelumnya bisa ada hasilnya.
Apa aku berhenti di situ?
Tidak. Aku pun terus melakukan
hal itu. Sholat Dhuha ketika tidak sekolah. Dan alhamdulillah, apa yang aku
inginkan ada saja jalannya. Walaupun hal itu kecil, tapi setidaknya itu sudah
ada tanda kalau itu adalah keridhoan Yang Kuasa. O ya, perlu juga diketahui,
seperti yang aku katakan di atas, aku tidak bisa do’a selesai sholat Duhah. Jadi,
begini caraku mengatasianya.
- Aku men-download mp3 do’a selesai sholat Duhah
- Diputar terus-menerus
- Jika tidak hafal, boleh siapkan buku do’a dan dibaca. (ini mereupakan kemudahan yang didapat dari agama kita, bukan? Jika tidak mampu, permudahkan diri) semoga aku tidak salah.
- Berusaha untuk tetap menghafal. Karena ini hal utama. Dengan menghafal, tentu, di mana pun melaksanakan sholat Duhah, akan lebih mudah.
Dan, masih banyak kedahsyatan dari
sholat Duhah. Ini hanyalah sepenggal pengalamanku saja. Cerita yang kubagikan
ini, mungkin sedikit dramatisir tapi sungguh sebagiannya aku alami. Ini semata
mungkin karena kealfaanku yang tidak menguraikan secara runut. Yang pasti, aku
bertujuan agar kita sebagai mahluk yang beragama melakukan hal itu.
Apa kalian tidak keberatan dengan
cerita yang kubagikan ini? Semoga kita semua dilundingi Yang Maha Kuasa. Amin.
Solat Duhah, yuk....
0 Comments
Berbagi itu menyenangkan. Jadi, jangan sungkan untuk berkomentar. Beri kritik & saran juga diperbolehkan. Salam kenal, ya... ^_^