Ticker

6/recent/ticker-posts

Mendidik Generasi Muda dengan Kasih Sayang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integritas diartikan mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan, serta kejujuran. Dan, integritas[1] adalah suatu konsep berkaitan dengan konsintensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan. Sehingga, apabila disederhanakan, integritas itu adalah sebuah tindakan yang menghasilkan sesuatu yang baik.

Berbicara mengenai integritas, dewasanya adalah sebuah harapan bagi setiap orang, tidak terkecuali para pendidik. Untuk menciptakan sebuah integritas, ada sebuah tindakan yang harus dilakukan bagi penggiat yang menginginkan hal itu. Dalam terapan ini, tentu para pendidik harus mempersiapkan diri untuk menciptakannya.

Para pendidik, terutama di sekolah alias guru (karena setengah hari dari kehidupan generasi muda adalah sekolah), tentu sudah memiliki tindakan untuk menciptakan hal itu. Namun, kadang kala semua usaha itu terlihat sia-sia. Penyebabnya memang beragam. Sebagai seorang guru, jelas mengetahui hal itu. Jadi, dalam uraian ini tidak perlu dipaparkan. Lalu, bagaimana caranya menciptakan itu?

Ada sebuah pepatah yang mengatakan, ”tak kenal maka tak cinta, tak cinta maka tak sayang.” Berkaitan tentang demikian, maka salah satu cara untuk menciptakan hal itu adalah dengan menerapkan kata pepatah ini. Tentu, dalam menerapkannya dibutuhkan yang namanya ‘kasih sayang’. Jadi, bisa disimpulkan untuk menciptakan generasi muda yang berintegritas, maka dibutuhkan seorang pendidik yang memiliki kasih sayang. Kenapa demikian? Karena seorang pendidik yang memiliki kasih sayang, termasuk dalam; a) memiliki kelembutan hati, b) memiliki kesabaran, c) memiliki kekuatan iman yang baik, d) pekerja keras, dan,  e) pantang menyerah.

Kategori yang ada di atas merupakan point yang baik bagi para pendidik. Sebagaimana penguraiannya di bawah ini:
a)      Memiliki Kelembutan Hati.
Seseorang yang berhanti lembut, biasanya dalam bertutur kata akan memilih kata mana yang baik. Karena setiap kata yang diucapkan bisa jadi akan menjadi bomerang bagi dirinya sendiri, atau pemupuk rasa suka seseorang yang mendengarnya. Terlepas dari itu, sebuah ucapan yang baik, juga mampu membuat rasa nyaman bagi seseorang. Jadi, inti dari hal ini adalah ucapan yang baik akan menghadirkan kenyamanan. Dan, yang bisa menciptakan hal ini adalah orang yang memiliki hati yang lembut. Point inilah yang diperlukan oleh seorang pendidik.
b)      Memiliki Kesabaran.
Karakter setiap anak berbeda. Ada anak yang mudah dinasihati, ada juga yang sulit. Kadang, saking sulitnya membuat emosi memuncak. Di sinilah diperlukan guru yang mampu mengolah emosinya sendiri.
c)      Memiliki Kekuatan Iman yang Baik.
Hal yang mutlak dimiliki seorang guru adalah iman yang baik. Dari hal ini, ia mampu untuk menguatkan diri dalam menghadapi tantangan, terutama generasi muda yang di didiknya. Biasanya, seseorang yang memiliki iman yang baik, akan selalu menyelipkan doa pada para didikinya di setiap ibadahnya.
d)     Pekerja Keras.
Ada banyak tindakan untuk mengubah generasi muda lebih baik. Salah satu caranya tentu dengan bekerja keras. Karena biasanya, seorang guru pekerja keras memiliki antusiasme tinggi terhadap profesinya. Antusiasme sangat diperlukan sebagaimana yang dikutip dari buku Berpikir dan Berjiwa Besar karya David J. Schwartz mengatakan bahwa, untuk mengaktifkan orang lain, untuk membuat mereka antusias, Anda sendiri harus lebih antusias. Jadi, untuk memulai sebuah pekerjaan harus didahului oleh antusiasme dari diri sendiri dulu. Bagaimana generasi muda bisa antusias jika seorang pendidik tidak antusias?
e)      Pantang Menyerah.
Dalam setiap tindakan atau pekerjaan, kegagalan adalah teman biasa. Jadi, tidak ada kata menyerah jika kegagalan adalah sebuah kelajiman. Karena adanya kegagalan, untuk itulah dalam pelaksanaan sebagai pendidik diperlukan empat pokok yang harus ada; 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) evaluasi, dan, 4) refleksi. Karena melalui empat tahap ini, seorang pendidik mengetahui bagaimana dan siapa yang menyebabkan itu semua gagal. Dengan sederhananya, sejatinya seorang pendidik tidak akan pantang menyerah untuk mendidik generasi muda lebih baik.

Jika hal demikian sudah ada pada para pendidik – kasih sayang, maka hal kelanjutan yang bisa dilakukan adalah menyiapkan diri untuk memulai hal itu. Antusiasme? Ya! Di mana pun, dan kapan pun hal itu memang harus ada. Jadi, setiap para pendidiki harus memulai hal itu. Dan, sekaranglah untuk melakukan tindakan selanjutnya – mendekati generasi muda (murid).

Untuk tahap berikutnya, para pendidik harus mendekatkan diri pada murid. Karena tidak layak dikatakan mendidik jika tidak ada interaksi sama sekali. Untuk memulai hal itu, ada tahap yang harus dilakukan terlebih dahulu agar terciptanya sebuah kenyamanan antar pendidik dengan yang di didik;
1)      Mengenal setiap anak (murid).
Menciptakan suasana yang nyaman antar murid diperlukan yang namanya pengenalan terlebih dahulu. Tepatnya sih, bagaimana karakter setiap murid. Hal ini bertujuan agar para pendidik lebih bijaksana dalam bertindak terhadap murid. Dalam hal ini, ada cara untuk melakukannya;
a)      Jika muridnya adalah murid baru, sebaiknya para pendidik mengobservasi secara langsung. Mencoba mengenal dari proses belajar, dan buat tabel karakter setiap murid.
b)      Jika muridnya sudah kelas atas, sebaiknya para pendidik melakukan hal ini:
1.      Berkonsultasi dengan guru BK.
2.      Berkonsulatsi dengan para pendidik lainnya.
3.      Lakukan penilaian antar teman.
Caranya? Setiap murid menuliskan kebaikan dan keburukan setiap murid lainnya (sesuai jumlah murid per kelas). Namun catatannya, kadang penilaian antar teman tidak seratus persen akurat. Tapi alangkah baiknya untuk dicoba.
c)      Kunjungi wali murid. Ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui kondisi murid tersebut. Dengan adanya kunjungan, maka akan ada komunikasi berkelanjutan untuk mengetahui perkembangan murid.
2)      Angket cinta.
Angket cinta ini tujuannya untuk mengetahui para pendidik mana yang disukai murid. Jelas ini baik untuk bisa berbagi dengan para pendidik yang mendapatkan poling yang banyak.
3)      Melakukan hal kecil.
Melakukan hal kecil mampu membuat para murid tertarik dan merasa nyaman. Dalam buku Spiritual Teaching karya Abdullah Munir ada beberapa hal kecil yang dilakukan yaitu; membantu kesulitan mereka, berilah pujian, tanggapi obrolan mereka selama itu perlu, dan, berikan sentuhan fisik.

Terlepas dari semua yang diuraikan, menciptakan generasi muda yang berintegritas merupakan tantangan yang luar biasa. Ini adalah sebuah PR yang tingkat kesulitannya harus dipecahkan bersama. Namun, dengan adanya kasih sayang yang ada di setiap para pendidik, tidak kemungkinan bisa terwujud. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Besar kita Muhammad saw, yang selalu mengasuh, membimbing, dan memperjuangan agama dengan penuh kasih sayang. Sejatinya, menciptakan generasi muda yang berintegritas adalah sebuah kesinambungan antara warga sekolah; kepala sekolah, guru, pegawai, komite dan wali murid. Setiap di antara mereka tidak akan lepas.

"Menginginkan generasi muda yang berintegritas, mulailah dari pendidikan yang memiliki kasih sayang. Karena untuk meraup tiket surga, dimulai dari sekarang!"



*Artikel ini pernah diikutkan lomba pada peringatan hari pendidikan di Radar Lombok, namun sayang gagal.

[1] ot.id/tips-profesional/integritas-dan-komitmen-dalam-bekerja diakses 20 Maret 2016.
Reactions

Post a Comment

0 Comments