Kekerasan terhadap anak semakin
hari semakin bertambah. Kasus yang dialami Angeline yang sempat heboh di Bali
dan media-media membuat bulu kuduk merinding. Kenapa demikian? Karena kekerasan
ini berujung pada kematian. Dan, proses panjang terhadap kasus ini pun sempat membuat
kita geram dan was-was dengan hasilnya.
[image source]
Seolah kasus Angeline seperti
contoh, kekerasan terhadap anak pun semakin bermotif, banyak hal-hal yang
secara logika tidak bisa dipikirkan. Padahal, seorang anak lahir ke dunia
berharap akan mendapatkan kasih sayang tulus dari orangtuanya. Jikalau, seorang
anak mengetahui hal yang akan dialaminya saat lahir ke dunia, mungkin dia akan
menolak hal itu. Terutama, dia tidak ingin lahir dari orangtua kejam, atau
berada di lingkungan yang kejam.
Iya, jika seorang anak mampu
memilih lahir ke dunia dengan menentukkan orangtua dan lingkungan hidupnya,
mungkin, kekerasan terhadap anak yang berujung pada kematian tidak akan ada. Namun sayang, hal itu tidaklah
mungkin, karena setiap jiwa memiliki takdir hidup masing-masing.
Sebenarnya, kenapa ya kekerasan
terhadap anak itu ada? Padahal, bila ditinjau, banyak orangtua mengharap
kehadiran seorang anak. Dan anehnya, kekerasan terhadap anak itu terjadi dan
dilakukan oleh keluarga atau orang terdekat. Sebagaimana data Pusdatin Komnas
PA dalam buku Waspadai Kekerasan di Sekitar Kita karya Tammi Prastowo, S.Sos, “Para
pelaku kekerasan terhadap anak sebanyak 69% adalah orang yang dikenal anak dan
31% dilakukan oleh orang yang tidak dikenal anak.” Bila dilihat angka persenan ini, sungguh mengerikan,
bukan?
Sekali lagi, ini secara logika
memang tidak bisa dipikirkan. Namun, itulah nyatanya. Jadi, sejatinya hal
terkait kekerasan terhadap anak memang harus disadari oleh semua halayak. Karena,
dengan demikian, maka kekerasan terhadap anak bisa terhindari. Bagaimana caranya?
Sebaiknya, sebelum melakukan hal-hal yang mampu mengurangi kekerasan anak,
tidak salahnya kita mengetahui bagaimana bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak.
Dengan mengetahuinya, kita pun mampu bertindak lebih jauh lagi. Dan, inilah 7
bentuk kekerasan terhadap anak yang harus kita ketahui.
Kekerasan pada Fisik
Bentuk kekerasan dari segi ini
bisa berupa pemukulan, penganiayaan ringan hingga berat sehingga anak bisa
mengalami lebab, atau luka-luka di sekujur tubuhnya. Bentuk kekerasan ini mudah
sekali di lihat. Bahkan, bisa dijadikan bahan bukti untuk melaporkan pelaku
kekerasan.
Kekerasan Secara Psikis
Bentuk ini bisa berupa anacaman,
pelecehan atau sikap tidak mengenakkan yang menyebabkan anak menjadi pendiam,
penakut, depresi, suka histeris, bahkan lambat laut bisa menjadi gila. Bentuk ini
memang tidak bisa dilihat secara langsung. Namun, perlu kepekaan atau
pendekatan yang lebih agar anak bisa bercerita dengan tenang.
Kekerasan Ekonomi
Bentuk ini memang tidak lepas di
sekitar lingkungan kita, bahkan hampir di seluruh Indonesia. Bentuk ini berupa
melantarkan anak atau tidak mampu memenuhi kebutuhan anak. Dengan demikian,
maka akan memicu kekerasan di lingkungan keluarga. Kekerasan pada fisik pun
akan terjadi.
Kekerasan Seksual
Bentuk ini bahkan motif paling
banyak dalam kekerasan. Ini bisa berupa pencabulan dan pemerkosaan. Jika sudah
demikian, maka akan muncul kekerasan-kekerasan lain yang berupa pengancaman,
penganiayaan dan akhirnya pembunuhan.
Eksplotasi Anak
Eksplotasi anak merupakan bentuk
kekerasan terhadap anak juga. Karena dalam hal ini, anak dipaksa bekerja. Padahal,
dalam usia anak sebaiknya memperoleh salah satu haknya sebagimana yang diatur
dalam Undan-undang No. 23 Tahun 2002 yaitu, “Memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka mengembangkan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakatnya.”
Eksplotasi Seksual
Bentuk ini paling mengerikan dari
bentuk kekerasan lainnya. Karena dalam bentuk ini, sanak akan dijadikan pemuas
napsu bagi yang membutuhkannya. Mengucapkannya saja mengerikan, apalagi jika anak
mengalaminya sendiri.
Perdagangan Anak
Bentuk kekerasan ini juga ramai
di media-media. Karena tidak segan-segan, bentuk ini sudah membentuk jaringan
yang menyebar luas. Anak diperjualbelikan seperti barang yang mudah didapatkan
di mana-mana.
Demikian bentuk-bentuk kekerasan
anak yang kerap kita temukan. Jadi, sebagai masyarakat atau tetangga yang
menegrti tentang akibat sebuah kekerasan, sebaiknya kita bersegera melaporkan
hal demikian kepada pihak yang berwajib, terutama kekerasan dalam bentuk-bentuk
yang dijelaskan di atas. Sejatinya, seorang anak dilindungi, disayangi dan
dididik, bukan dijadikan objek untuk melepas segala bentuk kekerasan.
0 Comments
Berbagi itu menyenangkan. Jadi, jangan sungkan untuk berkomentar. Beri kritik & saran juga diperbolehkan. Salam kenal, ya... ^_^