Siapa sih yang tidak tahu
tutorial, pasti semua sudah tahu. Tutorial hanyalah sekedar bahasa yang
digunakan apabila seseorang menjelaskan sesuatu dari tahap ke tahap berikutnya.
Di youtube juga banyak tutorial, bahkan beragam yang ditemukan. Dari
penjelasannya, kualitas gambarnya, mentalnya, dll, dirasa cukup digunakan sebagai
panduan. Namun, bagaimana jika seorang siswa yang membuat tutorial? Nah, ini
lain cerita. Ulang lagi, di youtube memang banyak siswa yang membuat tutorial,
namun beda cerita ketika yang membuat adalah siswa pinggiran (desa).
Setiap sekolah pasti memiliki
guru yang ingin membuat siswa pandai dalam segala hal. Tidak terkecuali dalam
hal tehnologi. Jika terkait dengan tehnologi, mungkin di desa tampaknya banyak
rintangan. Kenapa? Karena sebagian siswa memang tidak menikmati kemudahan
memiliki tehnologi. Nah, dari itu, sebagai seorang guru, tidak boleh menyerah
disitu. Istilahnya, ketidakmampuan jangan digunakan sebagai alasan untuk tidak
maju.
O ya, kembali lagi ke maslah
tutorial. Jadi, jika sebagai guru ingin mengembangkan bakat anak, maka perlu
melakukan sebuah cara agar hal itu bisa terpenuhi. Caranya? Simak hal berikut
ini....
Saya memang seorang guru, masih
honor. Kebetulan mengajar TIK. Dalam proses mengajar, banyak kendalanya. Salah
satunya, sarana dan prasarana yang tidak ada. Sekolah memiliki leptop satu, dan
itu sudah mulai rusak. Tapi, jika dipakai dengan pelan-pelan, maka bisa
digunakan. Bukan itu saja, siswa banyak yang tidak bisa menggunakan leptop.
Nah, karena permasalahan demikian, maka terbersit dalam pikiran bagaimana kalau
siswa saya suruh membuat tutorial. Temanya bebas, yang penting mereka
berani tampil.
Dalam tugas itu, ada 2 model yang
ingin saya gunakan. Pertama, siswa menentukkan materi tutorial yang akan
dibuat, lalu mencari lokasi untuk pengambilan gambar, dan saya yang akan
menggambil gambarnya. Kedua, bagi yang punya HP, entah itu HP sendiri, kerabat,
orangtua, dll, bisa digunakan untuk membuat tutorial. Jadi, yang kedua ini bisa
dikatakan tugas rumah. Dua model ini malah ada yang tidak disetujui oleh siswa,
yaitu model pertama. Alasan siswa ya, jelas karena mereka malu. Baiklah, saya
membiarkan siswa memilih yang kedua. Dan alhamdulillah, siswa mengerjakannya, dan
hasilnya tidak mengecewakan, walaupun sebagian tidak membuat.
Gambaran ini jelas terasa kalau
siswa di desa juga memiliki keinginan untuk bisa. Dalam kesempatan ini juga,
saya bisa memetik kesimpulan, bahwa sebagai guru tidak harus menentukkan
kemamuannya sendiri. Maksudnya, dalam pembuatan tutorial, seorang guru tidak
boleh menentukan bagaimana harus HP; kameranya, kualitas gambarnya, dll.
Intinya, biarkan mereka berkembang dengan fasilitas apa adanya. Yang penting,
siswa bisa memulai hal yang baru.
Kembali ke hasil. Ada banyak
siswa yang saya temukan berpotensial jadi tutorial. Bahkan, dalam niat, saya
ingin mengembangkan bakat mereka. Ada terbersit untuk membuatkan mereka chanel
youtube. Tapi sayang, kendala jaringan yang minim di desa membuat saya tidak bisa
berbuat apa-apa. Syukur-syukur bisa mengakses internet.
Bagaimana para sahabat? Apa judul
yang saya berikan tidak nyambung, ya? Sebenarnya, saya hanya ingin berbagi
cerita, bagaimana pengalaman saya sebagi guru saja. Semoga suka dengan cerita
yang tidak nyambung ini.
0 Comments
Berbagi itu menyenangkan. Jadi, jangan sungkan untuk berkomentar. Beri kritik & saran juga diperbolehkan. Salam kenal, ya... ^_^