Hai,
jika membahasa tentang seorang ibu, tentu tidak akan habis. Tulisan bebrapa
paragraf-pun saya rasa tidak akan cukup untuk membahasanya. Jadi, karena saya
rasa itu tidak cukup, kali ini saya hanya memaparkan beberapa pertanyaan
seputar ibu. Beberapa pertanyaan ini saya jadikan sebuah angket yang dijawab
oleh siswa-siswa. Kenapa ke siswa-siswa? Karena niat pertama saya
memberikannya pada mereka yaitu; pertama, agar saya tahu seberapa akrab mereka
dengan ibu, kedua, apa permasalahan mereka hampir sama dengan permasalahan
saya, ketiga, apa mereka bisa menerima kondisi ibu mereka (apapun kondisinya).
Baiklah.
Saya tidak akan berlama-lama untuk menguraikan seperti di atas. Tepatnya,
sekarang juga saya akan membahas itu semua.
Pertanyaan
seputar ibu:
- Dekatkah kalian dengan ibu kalian?
- Jika kalian bersama (mengobrol) hal apa yang kalian obrolkan?
- Apa makanan kesukaan ibu kalian?
- Pernakah kalian marah ke ibu kalian? Biasanya kalian marah karena apa?
- Pernahkah kalian memeluk ibu kalian?
- Pernahkah kalian mengatakan sayang kepada ibu kalian?
- Hal apa yang belum kalian bicarakan ke ibu kalian?
- Jika kalian kebetulan punya banyak uang, apa yang kalian lakukan ke ibu kalian?
Jujur, sebenarnya, 8 pertanyaan
di atas cukup lama saya pikirkan. Takutnya, 8 pertanyaan itu ada yang membuat
para siswa tidak suka. Tepatnya, bukan suka sih, takutnya ada yang membuat
mereka bersedih. Karena saat membaca hasilnya pun, ada yang membuat saya
terenyuh, dan bisa dibilang kasihan dan akhirnya bersedih.
Cukup! Mari kita bahas.... ^_^
Pertanyaan pertama, rata-rata
siswa (mereka) menjawab bahwa mereka dekat dengan ibu mereka. Namun, walaupun
rata-rata bukan berarti itu mutlak jawabannya. Ada yang menjawab kadang-kadang,
bahkan ada yang menulis, “Aku bingung harus jawab apa. Karena dari kecil, aku
tidak bisa melihat ibuku.” Ada juga yang menulis seperti ini, “Ibuku terlalu
sibuk. Jadi, aku hanya bertemu beliau pada malam hari. Ya... maklum, mungkin
ini nasib anak petani.”
Pertanyaan kedua, kalau masalah
mengobrol, mungkin seorang anak perempuan lebih dekat dengan ibunya. Bahkan,
membicarakan tentang masa depan pun kerap diobrolkan. Namun, bagaimana dengan
anak laki-laki? Haha... iya, mungkin ini juga tepat seperti saya juga – jarang berkomunikasi.
Tapi, bukan berarti tidak pernah berkomunikasi, hanya saja ada sebuah
penghalang yang dirasakan. Padahal,sebenarnya tidak ada penghalang apa pun. Namun,
saya rasa, mereka hanya canggung karena sudah mulai puber.
Pertanyaan ketiga, hai, kayaknya
ini paling sulit untuk mereka jawab. Mengapa? Iya, orang Lombok mana ada yang
begituan – makanan kesukaan. Makanya, saya pun langsung menegaskan kepada
mereka, “Jangan bilang kalau kesukaan ibu kalian adalah ayam goreng. Kalian
saja makan ayam goreng sekali setahun. Itu pun, belum tentu.” Jadi, mereka pun
langsung menjawab: tumis kangkung, beberok, kelak kelor, sambal tempe, dan
masih banyak makan khas Lombok lainnya.
Pertanyaan keempat, bagian ini
juga mengingatkan saya masa kecil dulu. Kenapa? Karena masa ini, iri, suka
marah-marah, hingga ngambek pun terjadi. Jawaban mereka juga demikian. Ada yang
iri karena disuruh-suruh sedangkan saudara yang lain tidak, ada yang karena
tidak diberikan uang belanja, hingga mengenai sepatu dan baju.
Pertanyaan kelima, hai, mungkin
bagian ini 50:50. Walapun hasil dari jawaban mereka rata-rata pernah memeluk
ibu mereka. Namun, saya sedikit ragu mengenai hal itu. Bukan tidak percaya sih,
hanya saja kalau melihat karakter mereka, terutama anak laki-laki saya rasa
sebagian kecil mereka malu untuk melakukan hal itu. Atau, mungkin pertanyaannya
yang kurang tepat, ya... seharunya, “Seringkah kailan memeluk ibu kalian?”
Hehe... intinya, alhamdulillah mereka pernah memeluk ibu mereka.
Pertanyaan keenam, aduh! Bagian ini
sepertinya bagian yang paling sulit. Kenapa? Karena di daftar menurut pemikiran
saya, ada beberapa hal yang sulit kita lakukan; pertama, mengucapkan terima
kasih, kedua, meminta maaf, ketiga, ya... mengucapkan rasa sayang. Jadi, tidak
heran sebagian besar mereka menjawab jarang, bahkan tidak pernah. Mungkin, hal
ini karena ‘malu’ yang membuatnya seperti ini.
Pertanyaan ketujuh, kalau sudah
mengenai pertanyaan ini, tentu jawaban pada pertanyaan keenam adalah
jawabannya. Mereka juga menjawab seperti itu; maaf, terima kasih, kasih sayang.
Kata-kata ini masih tabu untuk dibicarakan. Padahal, dalam hati yang paling
dalam, tentu bagian itu sangatlah ingin kita katakan. Mungkin pernah, tapi bisa
dihitung.
Pertanyaan kedelapan, hmm...
mungkin, bagian ini juga yang mampu membedakan kita seorang anak dengan ibu. Ibu
akan memberikan kita segalanya, tapi seorang anak tidak memberikan seberapa
untuk ibunya. Jadi, tidak heran mereka menjawab akan memberikan ibunya; kain,
mukenah, sebagian uangnya, bahkan membelikan kebutuhan sehari-hari. Sederhana sekali
bukan? Tapi, bukan salah mereka sih. Mungkin, mereka belum pandai untuk
menunjukkan itu semua.
Wuhaha... lumayan panjang, kan?
Penguraian ini semua pada
dasaranya bentuk saya belajar untuk menguraikan sebuah angket yang saya
lakukan. Namun, itu semua tidak lepas dari makan atau manfaat yang ingin saya
sampaikan. Jujur, ada banyak hal pembelajaran yang bisa diambil dari
siswa-siswa (mereka) dalam hal ini. Bahkan, ada beberapa yang membuat saya
salut karena jawaban mereka. Sebenarnya sih, bukan karena jawaban mereka yang
super waw, tapi setidaknya mereka masih menginginkan seorang ibu yang selalu
menyanyangi, melindungi, mengingatkan, atau memarahi mereka. Ada juga seorang
siswa yang harus menjawab sosok ibunya walaupun tidak pernah tahu bagaimana
ibunya sebenarnya, tapi tetap salut karena menggambarkan ibunya sosok perempuan
seperti ibu pada umumnya (antara haru dan mau nangis bombay sih).
Akhirnya, semoga kendala yang kita
alamai bisa kita utarakan ke ibu.Terutama mengenai kata, ‘maaf, terima, kasih,
dan rasa sayang’. Mari kita sama-sama mengucapakan kata-kata ini sebelum
terlambat. Hiks.... ^_^
0 Comments
Berbagi itu menyenangkan. Jadi, jangan sungkan untuk berkomentar. Beri kritik & saran juga diperbolehkan. Salam kenal, ya... ^_^