Cerpen ini pernah ku-post di blog sebelah. Tapi tidak salahnya aku post lagi. Mungkin, dengan post kali ini bisa bermanfaat. Hehe.... Cerpen ini kubuat saat menjelang tahun baru, dan alhamdulillah dimuat di bulan ke-2 di tahun 2015. Oke... selamat membaca.
KEBUN KECIL ARGI
(versi asli)
Banyak botol bekas di
rumah Argi. Ayah biasa mengumpulkan botol-botol bekas yang dibuang oleh
orang-orang. Ayah bukan pemulung. Tapi, begitulah Ayah, suka mengumpulkan
barang bekas. Kata Ayah, barang-barang bekas masih bisa dimanfaatkan.
Hmm... Argi ingat kata-kata Ayah. Jadi, sekarang ia punya ide. Ia ingin buat
kebun kecil di rumahnya. Tapi, di mana ia buat, ya? Rumahnya kecil.
Pekarangannya juga kecil.
“Yah... aku ingin buat kebun kecil, tapi, aku bingun mau di mana,” ucap Argi ke
Ayah di teras rumah.
Ayah menyeruput kopinya dulu. Koran yang dipangkunya diambil. “Berkebun?”
“Ya, Yah, aku ingin berkebun. Dan, tentunya aku ingin memanfaatkan
barang-barang bekas yang Ayah kumpulkan.”
“Oke!” Ayah berdiri, kemudian megarah ke tembok samping rumahnya. Tembok itu
sebagai pembatas antara rumahnya dengan rumah tetangganya.
Argi mengikuti ayah.
“Nah, di sini saja. Kamu tinggal menempelnya di sini. Pakai paku dan kawat.
Gimana?”
“Pakai botol, ya, Yah?”
Ayah mengangguk.
#
Mendapat pencerahan dari Ayah, membuat Argi berpikir untuk membuatnya.
“Gimana, ya?” Argi bergumam sendiri. Di depannya ada botol-botol bekas yang
berapa menit lalu diambilnya dari gudang.
Argi mencoba-coba berapa pola untuk membuat pot untuk ditempel di temboknya.
Pertama, ia memotong botol dibagian kepalanya saja. Namun, setelah ia
membayang-bayangkan, ia urung menggunakan itu. Kedua, ia kemudian memotong
bagian dari kepala sampai bawah botol. Sebagian yang dipotongnya. Setelah
dibayang-bayangkan, ia suka dengan yang kedua.
#
“Apa rancanganmu sudah jadi, Gi?” tanya Ayah pada Argi yang sedang
memotong-motong botol di teras.
“Ya, Yah.”
“Kamu pakai tanah atau apa?”Ayah duduk.
“Enaknya pakai apa, Yah? Menurut Edwin, teman kelasku, kalau menanam di botol
harus pakai arang sekam. Gimana menurut Ayah?”
“Ya. Kata teman Ayah juga, sebaiknya pakai arang sekam.”
“Arang sekam didapat dari mana, ya, Yah?”
“Besok Ayah bawakan. Kebetulan ada teman Ayah yang jualan.”
Argi mengangguk-angguk.
#
Rancangan Argi sudah jadi. Botol sudah ditempel di
tembok. Botol-botol itu berderet membentuk barisan.
“Sudah beres, Gi?” sapa Ayah yang sedang membawa
sekarung arang sekam dan bibit tanaman. Ada bayam. Ada sawi, dan ada bawang
merah.
“Kita mulai, Yah!”
“Tentu!”
Argi semangat. Ia mulai memasukkan arang sekam ke
botol-botol yang sudah berderet. Setelah penuh, ia menyiram arang sekam itu.
Ayah membantu Argi menanan bibit tanaman. Setelah Argi selesa menyiram, ia
kemudian membantu Ayah menanam bibit tanaman.
Selesai!
Argi puas melihat kebun kecil yang dibuatnya. Ia
berharap, tanamannya akan tumbuh subur.
Botol bekas, mari
dimanfaatkan.
0 Comments
Berbagi itu menyenangkan. Jadi, jangan sungkan untuk berkomentar. Beri kritik & saran juga diperbolehkan. Salam kenal, ya... ^_^