Assalamu’alaikum Wr Wb. Selamat sore sahabat. Bagaimana dengan
hari ini? Semoga baik, ya. Untuk hari ini, aku sedikit membahas tentang toko
buku. Di mana, toko buku itu tempat kita membeli buku. Tempat di mana kita
mencari bahan bacaan untuk memperbanyak ilmu dan pengetahuan. Namun, walau pun
demikian, toko buku jaman sekarang sudah mulai berduka. Berduka? Toko buku memang
bisa menangis? Hehe. Tentu tidak sahabat. Berduka dalam arti pengunjungnya
sepi.
Jadi ceritanya begini, tanggal 13
Maret 2017 kemarin, aku ke Selong. Kebetulan ada tugas dari sekolah. Setelah itu, aku pergi juga ke OTO Kredit Motor untuk menyelesaikan kredit motor
milik keponakan. Pada saat nyetor, ada kenyaman menurtku. Kalian bisa baca
bagaimana reviewku tentang OTO Kredit Motor: Review OTO Kredit Motor yang Nyaman.
Setelah selesai, aku pergi ke
toko buku. Hal ini memang biasa aku lakukan. Setelah menyelesaikan pekerjaan,
dan kebetulan ada waktu aku biasa memang ke toko buku. Di Selong, ada 3 toko
buku. Pertama di toko Grand Hero. Lokasi ini sebenarnya berada di Pancor. Tidak
jauh dari Selong. Grand Hero ini berdekatan dengan toko lain – Sinar Bahagia. Toko
buku Grand Hero menyediakan beberapa buku. Sedangkan yang lainnya, kebanyakan
perlengkapan sekolah. Karena modelnya gandengan, toko ini cukup ramai
dikunjungi.
Kedua, ada di toko Hikmah. Bagian
ini kebanyakan buku agama. Namun, hanya sedikit sekali. Novel ada tapi tidak
banyak dan itu pun dipilih-pilih. Namun karena toko ini digandeng dengan
perlengkapan sekolah, dan pakaian, toko ini cukup ramai. Posisinya di Pancor. Hampir
dekat dengan perempatan jalan Pancor.
![]() |
toko buku Kharisma sepi pengunjung |
Ketiga, ada di Selong. Tepatnya di belakang Bank BRI. Kalau tidak tahu, di depan Bank BRI ada taman Selong. Nah, di bagain belakang Bank BRI ini ada toko buku namanya Kharisma. Aku kerap beli di sini. Bukunya banyak. Ada beberapa pilihan. Namun sayang, kebanyakan buku terbitan lama. Sekitar 2, 3 atau 4 tahun belakangan. Namun, tidak apa-apa. Toh, masih banyak buku yang patut dipilih untuk bahan bacaan.
Tidak banyak memang toko buku di
NTB, terutama di Lombok Timur. Mungkin, itu lantaran karena pembaca di Lombok
tidak begitu banyak. Contoh saja, kerap ketika aku pergi ke toko buku aku tidak
pernah menemukan siap pun di sana. Apa itu karena waktu yang berbeda ketika aku
datang. Saat aku datang, mereka sudah pergi. Atau, memang tidak ada yang
berkunjung. Entahlah. Yang pasti, tiap kali aku berkunjung, aku sering menemukan
kosong. Yang ada hanya penjaganya saja. Penjaganya pun murni hanya sekedar
bersih-bersih, dengar musik, dan hanya diam doang.
Menyedihkan? Tentu. Untuk itu,
toko buku di Lombok memang berduka sekali. Karena hal ini, toko lainnya
menggandeng tokonya dengan hal lain. Ini bagus menurutku. Mungkin, ini salah
satu cara untuk menarik pengunjung. Setidaknya, ketika mampir mereka bisa
melihat buku-buku yang ada di sana.
Ke toko buku memang tidak ada
yang melarang atau merintah. Namun sebaiknya, setiap orang memiliki prioritas
untuk membiasakan diri ke toko buku. Urusan membeli atau tidak itu urusan
belakang. Setidaknya, dengan berkunjung berarti kemauan untuk menambah ilmu
pnegetahuan pasti ada. Masalah dana, mungkin ini yang jadi permasalahan. Namun,
menyisihkan sedikit saja dari uang belanja atau gaji hal yang baik.
Sangat disayangkan memang, tapi
inilah kenyataannya. Sedikit saja orang yang peduli untuk menghidupkan toko
buku. Dengan keadaan seperti ini, aku takut, lambat laun toko buku di Lombok
akan gulung tikar. Berikutnya, diganti dengan toko lain. Jujur, aku sangat
bersyukur ada toko buku. Walaupun, aku termasuk yang jarang berkunjung. Dalam sebulan,
itu pun. Ini lantaran jarak dari desaku ke toko buku memang jauh. Memakan waktu
kurang lebih 2 jam. Apalagi, diiringi dengan bolak balik. Cukup melelahkan.
Tapi setidaknya, jika ada waktu dan itu kebetulan ada dana, aku biasanya berkunjung.
Tidak banyak dibeli. Paling sekitar 1 atau 3 buku.
Aku berharap, semoga kedepan toko
buku yang ada di Lombok memiliki pengunjung yang tetap. Kalau bisa, tiap hari
sepuluh atau lebih dari itu ada yang berkunjung. Sepertinya, budaya membaca di
Lombok harus ditingkatkan. Pemerintah harus mengkampayekan budaya membaca dengan
gencar. Selain itu, dari diri sendiri harus membudayakan baca juga. Untuk hal itu,
aku pun melakukannya. Hal sederhana yang aku lakukan yaitu meletakkan buku di
samping tidur. Pada awalnya, mungkin kita tidak membacanya. Namun, lambat laun
pasti kita akan baca.
Membiasakan hal sederhana memang
terlihat biasa saja. Namun, cara yang kulakukan ini begitu mempan di diriku. Ketika
tidak ada kegiatan apa-apa, atau berdiam diri di kamar dan tidak melakukan
apa-apa, biasanya akan membutuhkan bacaan. Untuk itu, meletakkan buku di
samping tidur adalah cara pelan-pelan untuk membudayakan membaca buku.
4 Comments
Woh...menyedihkan sekali ya kondisinya di sana.
ReplyDeleteSenang bisa berkunjung ke sini dan mendapatkan info seperti ini.
Ini jadi tantangan bersama, termasuk pemilik toko buku.
Tidak ada yang disalahkan, hanya saja perlu lebih giat berpromosi.
Salam
Salam balik. Terima kasih sudah berkunjung. Iya, ini memang tantangan. Mungkin karena minat baca yang minim, makanya seperti itu. ^_^
DeleteJadi kasihan setelah baca ini,gak tega gitu.
ReplyDeleteSemoga sipemilik tokoh diberi kesabaran, karena pengunjung yang sepi peminat.
Nasihat untuk pemilik, jangan mudah berhenti,disaat anda berhenti, hilang semua usaha yang telah dibangun.
Artikel yang sangat bermanfaat, terima kasih :)
sip. terima kasih sudah berkunjung...
DeleteBerbagi itu menyenangkan. Jadi, jangan sungkan untuk berkomentar. Beri kritik & saran juga diperbolehkan. Salam kenal, ya... ^_^