Ticker

6/recent/ticker-posts

Pengalaman Gagal Bikin Baper



Assalamu’alikum. Sahabat, bagaimana kabar kalian? Aku berharap, kalian dalam keadaan baik-baik saja. Amin! O ya, untuk kesempatan kali ini, aku ingin berbagi tentang pengalamanku. Ini berkaitan tentang sebuah kegagalan. Gagal? Kenapa harus diceritakan? Mungkin kalian akan bertanya seperti itu. Tapi inilah nyatanya, dan entah darimana datangnya, aku langsung ingin berbagi saja. Oh, hampir lupa! Rasa ingin berbagi timbul ketika membuka tas, dan aku menemukan sebuah kartu peserta untuk ikut di sebuah kegiatan yang setingkat Kabupaten. Itu bisa dikategorikan untuk pencarian rizki yang lebih baik.

Dokumen Pribadi
Kok begitu? Jadi begini… di daerahku, yaitu tingkat Kabupaten, ini setingkat untuk profesi seorang guru. Di mana, profesi ini lagi semaraknya untuk menerima SK dari Bupati. Jelas, ini bertujuan seperti yang aku tuliskan sebelumnya, yaitu pencarian rizki yang lebih baik. Nah, untuk memperoleh itu, maka semua guru yang statusnya honorer berhak mengikuti saembara ini. Saembara? Iya, karena dalam hal ini, siapa yang menang itu yang dapat. Jangan berpikir negatif dulu, walaupun pada jujurnya itu …. (stop! no comment!) Nah, loh!

Tahap pertama untuk mengikuti ini adalah pendataan yang dilakukan oleh UPTD Kecamatan. Guru honerer di data. Dari nama, TTL, tempat mengajar, hingga tahun mengapdinya berapa. Setelah didata, guru honorer tersebut berhak mengikuti tes tingkat kecamatan.

Nah, berlanjut ke tahap tes. Tempat tes ini di sebuah gedung SMP di kecamatan. Di sana, tes pun dimulai. Dari suasana awal sih cukup tenang. Namun, berapa menit kemudian, suasan tenang berubah jadi gaduh. Ini disebabkan karena beberapa guru sibuk cari jawaban ke teman sebelah dan sebelahnya. Sedikit geram sih dengan suasana ini. Tapi ya itu, percuma dikritik, toh mereka guru, kan. Seharusnya lebih mengerti. Namanya di tes alias ujian, ya harus diam dan menikmati soalnya dengan ikhlas hati. Jadi, mungkin benar kata pepatah yang mengatakan, “Guru kencing berdiri. Murid kencing berlari.” Kalian bisa paham kan maksudku? Baiklah. Terima kasih kalau sudah paham.

Berlanjut. Setelah di tes, sorenya atau berapa hari berikutnya (lupa), hasilnya pun keluar. Dan Alhamdulillah aku lolos. Untuk penilaian di tes kecamatan ini memiliki dua point yaitu, nilai tes dan point berapa tahun mengapdinya. Jadi, jelas kalau aku point keduanya sedikit. Tapi syukur, nilai tesnya cukup memuaskan.

Setelah lulus, berapa hari berikutnya, tes berlanjut ke tingkat Kabupaten. Untuk tahap ini, ada banyak penderitaan yang aku alamai. Apalagi saat itu musim hujan yang luar biasa. Hujan deras dan angin kencang. Kalau mengingat ini, teringat teman yang membuat aku bisa seperti ini. Tapi, biarkan saja. Cukup hanya aku yang tahu. Soalnya, ini bikin geram dan sakit hati. Bila aku bertemu, kadang suka benci. Tapi eh…. (langsung beristigfar).

Di tingkat Kabupaten, tempat tes dilakukan di SMP favorite. Setelah menemukan ruangan, akhirnya pelaksanaan tesnya pun berlangung. Sebelum dimulai, aku sempat cek teman-teman yang ikut. Sungguh mengejutkan. Ternyata, banyak teman-teman yang memiliki pengapdian di atasku yaitu, 11 tahun hingga 12 tahun. Oh Tuhan! Langsung berpikir buruk. Tentu, jika pengapdiannya seperti itu, tentu pointnya juga besar. O ya, sistem penilaiannya sama.

Alhasil? Tidak mau panjang lebar untuk cerita ini. Walaupun panjang ya? Eh. Hihi… ya itu, selalu kesal bila mengingat ini. Apalagi hasil dari tes untuk mendapatkan SK Bupati bisa dibilang banyak …… (setidaknya dari omongan orang). Tapi ya itu, kembali lagi mungkin ini bukan jodohku, eh, rizkiku. Gagal hal yang lumrah, kan? Mungkin kesal itu wajar dilihat dari perjuangan. Tapi, menurut Yang Kuasa perjuanganku ini masih cetek. Masih banyak orang yang perjuangannya lebih extrim. Jadi, kalau gagal ya harus siap-siap untuk bersabar. Hal ini memang harus diterapkan. Setidaknya dengan sabar mampu menyadarkan diri bahwa mungkin hal ini belum layak untukku. Ya ampun, kok, aku jadi secerah ini ya…. Wahaha…..

Berpikir keras. Bagaimana ya, nasib teman-teman yang mengapdinya di atasku tersebut? Semoga mereka sabar selalu. Gagal bukan akhirnya dari segalanya. Semoga kita tetap sabar dan akan memperoleh gantinya yang lebih baik. *sok bijak. ^pengen nangis. hiks....
Reactions

Post a Comment

0 Comments