Assalamu’alikum. Sahabat,
bagaimana kabar kalian? Aku berharap, kalian dalam keadaan baik-baik saja. Amin!
O ya, untuk kesempatan kali ini, aku ingin berbagi tentang pengalamanku. Ini berkaitan
tentang sebuah kegagalan. Gagal? Kenapa harus diceritakan? Mungkin kalian akan
bertanya seperti itu. Tapi inilah nyatanya, dan entah darimana datangnya, aku
langsung ingin berbagi saja. Oh, hampir lupa! Rasa ingin berbagi timbul ketika
membuka tas, dan aku menemukan sebuah kartu peserta untuk ikut di sebuah
kegiatan yang setingkat Kabupaten. Itu bisa dikategorikan untuk pencarian rizki
yang lebih baik.
Dokumen Pribadi |
Kok begitu? Jadi begini… di daerahku,
yaitu tingkat Kabupaten, ini setingkat untuk profesi seorang guru. Di mana,
profesi ini lagi semaraknya untuk menerima SK dari Bupati. Jelas, ini bertujuan
seperti yang aku tuliskan sebelumnya, yaitu pencarian rizki yang lebih baik. Nah,
untuk memperoleh itu, maka semua guru yang statusnya honorer berhak mengikuti
saembara ini. Saembara? Iya, karena dalam hal ini, siapa yang menang itu yang
dapat. Jangan berpikir negatif dulu, walaupun pada jujurnya itu …. (stop! no comment!)
Nah, loh!
Tahap pertama untuk mengikuti ini
adalah pendataan yang dilakukan oleh UPTD Kecamatan. Guru honerer di data. Dari
nama, TTL, tempat mengajar, hingga tahun mengapdinya berapa. Setelah didata,
guru honorer tersebut berhak mengikuti tes tingkat kecamatan.
Nah, berlanjut ke tahap tes. Tempat
tes ini di sebuah gedung SMP di kecamatan. Di sana, tes pun dimulai. Dari suasana
awal sih cukup tenang. Namun, berapa menit kemudian, suasan tenang berubah jadi
gaduh. Ini disebabkan karena beberapa guru sibuk cari jawaban ke teman sebelah
dan sebelahnya. Sedikit geram sih dengan suasana ini. Tapi ya itu, percuma
dikritik, toh mereka guru, kan. Seharusnya lebih mengerti. Namanya di tes alias
ujian, ya harus diam dan menikmati soalnya dengan ikhlas hati. Jadi, mungkin
benar kata pepatah yang mengatakan, “Guru
kencing berdiri. Murid kencing berlari.” Kalian bisa paham kan maksudku? Baiklah.
Terima kasih kalau sudah paham.
Berlanjut. Setelah di tes,
sorenya atau berapa hari berikutnya (lupa), hasilnya pun keluar. Dan Alhamdulillah
aku lolos. Untuk penilaian di tes kecamatan ini memiliki dua point yaitu, nilai
tes dan point berapa tahun mengapdinya. Jadi, jelas kalau aku point keduanya
sedikit. Tapi syukur, nilai tesnya cukup memuaskan.
Setelah lulus, berapa hari
berikutnya, tes berlanjut ke tingkat Kabupaten. Untuk tahap ini, ada banyak
penderitaan yang aku alamai. Apalagi saat itu musim hujan yang luar biasa. Hujan
deras dan angin kencang. Kalau mengingat ini, teringat teman yang membuat aku
bisa seperti ini. Tapi, biarkan saja. Cukup hanya aku yang tahu. Soalnya, ini
bikin geram dan sakit hati. Bila aku bertemu, kadang suka benci. Tapi eh….
(langsung beristigfar).
Di tingkat Kabupaten, tempat tes
dilakukan di SMP favorite. Setelah menemukan ruangan, akhirnya pelaksanaan
tesnya pun berlangung. Sebelum dimulai, aku sempat cek teman-teman yang ikut. Sungguh
mengejutkan. Ternyata, banyak teman-teman yang memiliki pengapdian di atasku
yaitu, 11 tahun hingga 12 tahun. Oh Tuhan! Langsung berpikir buruk. Tentu, jika
pengapdiannya seperti itu, tentu pointnya juga besar. O ya, sistem penilaiannya
sama.
Alhasil? Tidak mau panjang lebar
untuk cerita ini. Walaupun panjang ya? Eh. Hihi… ya itu, selalu kesal bila
mengingat ini. Apalagi hasil dari tes untuk mendapatkan SK Bupati bisa dibilang
banyak …… (setidaknya dari omongan orang). Tapi ya itu, kembali lagi mungkin
ini bukan jodohku, eh, rizkiku. Gagal hal yang lumrah, kan? Mungkin kesal itu
wajar dilihat dari perjuangan. Tapi, menurut Yang Kuasa perjuanganku ini masih
cetek. Masih banyak orang yang perjuangannya lebih extrim. Jadi, kalau gagal ya
harus siap-siap untuk bersabar. Hal ini memang harus diterapkan. Setidaknya
dengan sabar mampu menyadarkan diri bahwa mungkin hal ini belum layak untukku. Ya
ampun, kok, aku jadi secerah ini ya…. Wahaha…..
Berpikir keras. Bagaimana ya, nasib teman-teman yang mengapdinya di atasku tersebut? Semoga mereka sabar selalu. Gagal bukan akhirnya dari segalanya. Semoga kita tetap sabar dan akan memperoleh gantinya yang lebih baik. *sok bijak. ^pengen nangis. hiks....
0 Comments
Berbagi itu menyenangkan. Jadi, jangan sungkan untuk berkomentar. Beri kritik & saran juga diperbolehkan. Salam kenal, ya... ^_^