Kerudung indah ala Heyna... 😀
Yuk miliki kerudung kaya Heyna.Cek di sini ===> https://shp.ee/4smiwi3
Heyna
Saraspati nama lengkapnya. Biasanya dipanggil Heyna. Umurnya sekarang dua puluh
tahun. Tinggi tubuhnya 168 centimeter. Rambutnya panjang, hitam legam. Di dagu
kirinya, ada tahi lalat yang menempel kecil. Bola matanya besar. Saat tatapannya
tajam ke sebuah benda, maka terlihat seperti marah. Tapi, sebenarnya ia tidak
marah. Ia termasuk gadis yang jarang sekali marah. Dulu, pernah ia marah ketika
salah satu sahabatnya menuduhnya yang bukan-bukan.
“Kamu kan?
Jangan mengelak! Aku pikir, kamu adalah sahabat yang baik. Nyatanya, kau pagar
makan tanaman!” Pak! Tembok langsung mengeluarkan suara garang saat Fenia,
sahabat Heyna, marah dan menepak tembok di sebelahnya.
“Terserah
kamu mau menuduhku seperti apa. Yang penting, aku tidak pernah melakukan itu.”
Heyna pergi meninggalkan Fenia sendirian di depan pintu toilet sekolah. Saat
itu, mereka berdua minta izin keluar saat proses belajar mengajar berlangsung,
dan melakukan empat mata.
“Kamu
munafik, Heyna!!” teriak Fenia.
Saat suara
itu didengar, Heyna langsung menutup telinganya. Ia tidak ingin mendengar semua
tuduhan itu. Padahal, beribu kalimat dilontarkannya untuk menyangkal itu semua.
Namun, Fenia tidak mengerti sedikit pun. Mungkin, itulah penyakit dari cemburu,
selalu merasa benar dan tidak pernah mendengarkan kata-kata yang benar.
Itulah
marah dahsyat Heyna. Sekarang, Heyna kesepian. Fenia meninggalkannya
selama-lamanya. Bagi Heyna, Fenia adalah sahabat terbaik. Saat suka dan duka
Fenia selalu menemani. Namun, kini.... Entahlah. Andai peristiwa itu tidak
pernah terjadi. Mungkin, Fenia tidak akan pergi selama-lamanya.
#
“Kau
jangan pernah mendekatiku, Lim!!” jerit Heyna saat Lim mengejarnya saat keluar
kampus.
“Aku akan
tetap mengejar kamu, Heyna. Sampai kamu kembali seperti dulu lagi.”
“Aku tidak
ingin kembali seperti dulu. Jadi, kamu jangan pernah mendekatiku lagi.” Heyna
melangkah dengan cepat untuk meninggalkan Lim.
“Sekali
lagi, aku tidak akan pernah berhenti, Heyna!!” jerit Lim tanpa beban.
Heyna
menggeleng-geleng mendengar itu semua.
Lim adalah
pemuda yang mengejar Heyna dari SMA hingga sekarang. Namun, Lim pernah pacaran
dengan Fenia. Saat Fenia menuduh Heyna, Lim-lah yang menjadi penyebabnya. Dan,
saat Fenia mengejar Heyna untuk menyelesaikan permasalah yang terjadi di antara
mereka, Fenia ditabrak kendaraan, dan menyebabkan Fenia meninggal. Jadi, sangat
wajar ketika Heyna berusaha menjauh dari Lim.
#
“Aku tidak
berubah, Ma. Aku tidak ingin dicap sebagi perempuan munafik,” terang Heyna, saat
Mama mengajaknya duduk di ruang tamu. Berdua. Empat mata.
“Itu
menurut kamu. Tapi bagi Mama, kamu berubah total.” Mama menghela napas. Lalu menyandarkan
tubuhnya di sofa. Mama bukannya lelah untuk menasehati Heyna. Hanya saja, Heyna
mengalami perubahan total. Sekarang, Heyna sulit untuk dinasehati.
Penampilannya juga berubah. Mama ingin Heya seperti dulu, menjadi perempuan
yang damai.
“Ma...
jujur, aku tidak ingin seperti ini. Aku malu. Rambut tergeraiku ini tidak layak
aku tontonkan seperti ini. Tapi, aku tidak ingin dicap sebagai perempuan
munafik. Cukup, cukup Fenia saja yang menganggap aku perempuan munafik.”
Mama
menarik napas. Tangannya mengambil ujung kerudungnya, lalu mengelap muka
menggunakan itu. Menghembuskan napas. “Itu hanya cobaan, Heyna. Perempuan
damai, selalu banyak cobaan. Memang, begitulah hidup. Dan ingat, kamu jangan
pernah menyalahkan dirimu sendiri. Mama rasa, Fenia juga berpikir seperti Mama.
Jadi, kamu....”
“Cukup,
Ma,” Heyna memotong ucapan Mama. Berdiri. “Untuk saat ini, biarkan aku seperti
ini, Ma.” Selesai. Heyna berlalu meninggalkan Mama.
#
Heyna
duduk di pinggir tempat duduknya. Melepas tas selempang yang menemaninya ke
kampus. Saat tas selempang diletakkan di atas tempat tidur, mata Heyna
memandang dengan tajam. Lama. Lalu, tiba-tiba air matanya menetes, dan
tiba-tiba sesegukan.
“Perempuan
munafik?” tanyanya pada diri sendiri. Sesegukan sekali lagi. Tangannya kemudian
membuka resleting tas selempang, mengambil sehelai kain berwarna klorofil. Di
tatapnya berapa menit, lalu berdiri menuju cermin datar yang ada di belakang
pintu kamarnya. “Apakah aku layak mengenakan ini lagi?” tanyanya, menyakinkan
diri sendiri. Dikenakkannya kain itu, kain yang menutupi kepalanya. Sebuah
kerudung!
“Kamu kan?
Jangan mengelak! Aku pikir, kamu adalah sahabat yang baik. Nyatanya, kau pagar
makan tanaman!”
“Kamu
munafik, Heyna!!”
Suara
teriakan Fenia tiba-tiba datang menghantam pikiran Heyna. Heyna memegang kepala
lalu meremas kerudungnya, kemudian membuangnya ke kaca. Kerudung itu tergeletak
di lantai. Heyna sesegukan dan tersungkur lemah.
“Fenia...
aku tidak pernah merebut Lim darimu. Aku hanya....” Heyna kembali sesegukan.
#
Lim tidak
akan pernah berhenti mendekati Heyna. Walaupun, seribu kali Heyna menolaknya
untuk berbicara panjang lebar. Lim hanya tidak bisa membayangkan, sejak
kepergian Fenia, Heyna langsung berubah total. Heyna tidak seperti gadis
muslimah seperti biasanya. Sedih rasanya ketika Heyna meninggalkan kerudungnya.
Apa benar gara-gara persitiwa waktu itu?
Lim tidak
akan menyerah. Ia akan berusaha semampunya agar bisa berbicara panjang lebar
kepada Heyna. Bertemu orangtuanya dan berbicara, selalu mengikutinya dan
berusaha berbicara, semuanya itu gagal. Namun kali ini, Lim bertekat untuk
menyelesaikan itu semua. Hari ini, setelah keluar kampus, Lim langsung menemui
Heyna.
“Aku ingin
bicara.” Tangannya langsung menggamit tangan Heyna yang hendak menuruni anak
tangga.
Heyna menoleh.
Matanya tertumpu pada Lim. “Lepaskan!” serunya kemudian.
“Aku tidak
akan melepaskannya.” Tanganya berusaha menggengam pergelangan tangan Heyna
dengan kuat.
“Aku akan
teriak.”
“Teriaklah.
Yang pasti, perlu kamu tahu, Fenia akan bersedih meihatmu seperti ini. Aku
mengaku, mungkin aku bersalah. Tapi, tolong, berubahlah seperti dulu. Aku rasa,
kerudungmu akan merindukanmu.” Mata Lim melayu, seolah memohon agar ucapannya
bisa didengarkan Heyna.
“Apa
urusanmu?!”
“Aku tahu,
aku tidak ada urusan. Tapi, sebagai teman, aku akan menyampaikan amanat
seseorang yang harus aku katakan. Khusunya kepada kamu Heyna.”
“Apa
maksudmu, Lim?” Heyna berusaha melepaskan tangannya, namun Lim semakin
memperkuat genggamannya.
“Kamu
tahu, Fenia berpesan padaku, jika ada hal yang aneh terjadi padamu, aku harus
memberitahumu. Tidak peduli, apa kamu akan benci aku atau tidak. Yang penting,
aku akan menjalani janjiku pada Fenia. Sekarang? Baiklah, aku tidak ada gunanya
memperingatimu kalau kamu tidak peduli.” Lim langsung melepaskan tangan Heyna
dan langsung turun menapaki anak tangga. Semakin menjauh dari Heyna.
Heyna
hanya menatap Lim yang kini tubuhnya menghilang. Air mata seketika jatuh. Ada luka
di hatinya. Ucapan Lim, benarkah dari Fenia? Heyna tidak tahan, matanya semakin
mengalirkan air mata.
7 Comments
ceritanya inspired banget...sedih...bahasanya juga mudah difahami.
ReplyDeleteTerus berkarya.
Terimakasih.
terima kasih sudah mampir. yuk... sama-sama berkarya selagi mampu.^_^
DeleteSaya juga masih belajar, tidak bisa memberikan kripik pedas. Mari sama-sama belajar. Ada sedikit kesalahan penulisan, kata "tekat" seharusnya yang benar menurut KBBI adalah "tekad". salam :)
ReplyDeleteterima kasih untuk koreksiannya.yuk, sama-sama belajar. ^_^
DeleteDi antara banyak cerpen bertema rindu, yang satu ini cukup unik. Tapi, openingnya kurang suka. Ini soal selera, dan kacamata penulis dan pembaca, kadang memang beda. Selebihnya, saya terhanyut. Saya juga masih belajar, takut berkomentar banyak. Belum tentu saya bisa menulis sebagus ini. Sukses terus, Mas!
ReplyDeleteterima kasih keripiknya. dicatat. semoga kita sama-sama sukses.
Deletekeren banget cerpennya Jasa Toko Online Profesional
ReplyDeleteJasa Pembuatan Website Toko Online serta layanan Jasa Pembuatan Website Penjualan Online dan
Jasa Pembuatan Online Shop
Grosir Jilbab Murah - Jilbab Segi Empat Terbaru dan Jilbab Instan Terbaru serta Jasa Pembuatan Website Murah serta Buat Toko Online Murah juga Jilbab Pasmina Terbaru
Berbagi itu menyenangkan. Jadi, jangan sungkan untuk berkomentar. Beri kritik & saran juga diperbolehkan. Salam kenal, ya... ^_^