Apakah Anda mau saya traktir
gratis? Tapi, kita ke Caffe Jamban yang lagi dibicarakan di dunia maya? Masih mau
berniat dengan ajakan saya?
Iya, saya tahu reaksi Anda ketika
mendengar tentang Caffe Jamban. Caffe yang memang didesain percis seperti di
jamban. Mejanya seperti jamban, tempat duduknya seperti di toilet, dan kayaknya
hampir mirip dengn di toilet (belum pernah ke sana sih). Saya yakin, Anda pasti
jijik ketika ke sana. Sebelum ke sana saja, apalagi kita lihat foto-foto di
dunia maya, ada sebuah jamban yang diisi dengan bakso, duh, sudah mulai mual
deh perut kita. Iya, ini serius... kalau tidak percaya, coba deh lihat di
internet.
[www.kaskus.co.id]
Wah... ingin deh rasanya mencaci
maki tuh orang yang posting tentang foto jamban yang berisi bakso, bikin mual
saja. Ini reaksi permulaan saja, soalanya pencetus Caffe Jamban juga berkata
seperti itu, ya, banyak yang mencaci maki. Tuh, kan, pencetusnya saja sudah
berkata demikian. Jadi, wajar sih, ada orang yang mencaci maki. Tapi, sebelum
kita caci maki lebih dalam, takutnya kita salah dan dituntut, berbahaya, kan? Jadi,
perlu kita tahu dahulu di balik Caffe Jamban itu seperti apa.
Caffe Jamban ini memang sebuah
caffe yang memang tempat orang makan dan minum. Tapi, pencetus dari Caffe
Jamban ini justeru membuat tempat ini digunakan untuk berdiskusi tentang
permasalahan sosial yang ada di Indonesia. Jadi, permulaan awal Caffe Jamban
ini ada sejarahnya, loh. Jadi begini....
Pak Budi Laksono ini adalah
seorang dokter. Pada awal sebagai dokter, beliau ditugaskan di sebuah
puskesmas. Dalam menjalani pekerjaannya, banyak pasiennya yang ditemukan
bermasalah dengan saluran pencernaannya. Mungkin itu dikarenakan mengkomsumsi
makanan yang tidak higenis. Oleh karena itu, setelah diteliti bersama
teman-temannya, beliau menemukan bahwa sebagian besar warga di tempat
bekerjanya itu tidak memiliki jamban. Setelah menemukan permasalahannya, beliau
akhirnya mencetuskan sebuah jamban yang diberi Jamban Amfhibi.
Beliau sudah memikirkan matang-matang
desain Jamban Amfhibi tersebut. Sehingga, segala musim jamban itu pun bisa
digunakan. Maksudnya, ada tidak adanya air, jamban itu bisa digunakan. Bagaimana,
keren bukan? Bukan hanya itu, beliau juga membantu warga untuk membuat jamban. Apalagi,
jamban buatan beliau tidak mahal, ya... sekitar kurang lebih 150ribu rupiah. Karena
biayanya murah, jamban ini banyak digunakan oleh warga. Ceritanya beliau juga,
Negara lain pun akan mempelajari tentang Jamban Amfhibi ini.
Bonus cerita. Beliau termasuk
keluarga yang sederhana. Ayahnya seorang pegawai negeri sipil, dan ibunya hanya
ibu rumah tangga biasa. Beliau sepuluh bersaudara. Selama kuliah, beliua juga
berjualan ini dan itu. Beliau juga pernah mendapat gelar dokter teladan, serta
dapat beasiswa melanjutkan kuliah di luar Negeri.
Hebat, bukan? Sebaiknya, kita
belajar banyak dari beliau. Dari kerja kerasnya, perjuangannya, hingga ide
kreatif yang bisa menyelamatkan hidup orang banyak. Mari kita ucapkan terima
kasih banyak pada beliau.
Jadi, intinya, jangan lihat
sesuatu dari sisi satu saja, karena masih banyak sisi lain. Kalau sudah melihat
semua sisi, baru bisa berkomentar dan lain-lainnya. Tapi, hal yang baik adalah
hal yang mampu membangun orang lain dari sisi mana pun.
0 Comments
Berbagi itu menyenangkan. Jadi, jangan sungkan untuk berkomentar. Beri kritik & saran juga diperbolehkan. Salam kenal, ya... ^_^